Mengambil
Pelajaran dari Dalil Tentang Bid’ah
Ketika
saya membuat tulisan hati-hati dalam memahami bid’ah
Mereka
(yang memberikan dalil-dalil) tidak melakukan langkah berikutnya, cukup berpuas
diri pada dalil-dalil semata.
Langkah
berikutnya adalah “mengambil pelajaran” dari semua dalil-dalil berhubungan
dengan bid’ah, sebagaimana firman Allah yang artinya,
“Allah
menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya
orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
(Al Baqarah : 269)
Diriwayatkan
oleh Imam Abu Daud, Rasulullah menerangkan sbb:
“Jauhilah
olehmu sesuatu yang diada-adakan karena yang diada-adakan itu bid’ah dan
sekalian bid’ah adalah dholalah (sesat)”
Al-Imam
Malik bin Anas rahimahullah mengatakan: “Barangsiapa yang berbuat satu
kebid’ahan di dalam Islam dan dia menganggapnya baik, berarti dia
telah menuduh Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah
mengkhianati risalah. Karena Allah azza wajalla telah menyatakan: “Pada hari
ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian. Dan telah Aku cukupkan
nikmat-Ku kepada kalian. Dan Aku ridha Islam menjadi agama kalian.” (Al-
Maidah: 3)
Nabi
Muhammad Saw bersabda yang artinya
“Barangsiapa
yang menbuat-buat sesuatu dalam urusan kami ini maka sesuatu itu
ditolak” (H.R Muslim – Lihat Syarah Muslim XII – hal 16)
Arti
kata-kata “kebid’ahan di dalam Islam” , “dalam urusan kami” ialah urusan
keagamaan, karena Nabi Muhammad Saw, diutus Allah untuk menyampaikan agama.
Maka dari hadist-hadits ini dapat diambil pengertian bahwa kalau dalam urusan
keduniaan atau ghairu mahdah boleh saja diadakan asal tidak bertentangan dengan
Al-Qur’an dan Hadits.
Imam
as Syafii ra berkata “Apa yang baru terjadi dan menyalahi kitab al Quran atau
sunnah Rasul atau ijma’ atau ucapan sahabat, maka hal itu adalah bid’ah yang
dlalalah. Dan apa yang baru terjadi dari kebaikan dan tidak menyalahi
sedikitpun dari hal tersebut, maka hal itu adalah bid’ah mahmudah (terpuji).
Hadist
Nabi yang menyatakan bahwa setiap bid’ah itu adalah sesat, adalah masih dapat
menerima pengecualian, karena lafadz kullu bid’atin adalah isim yang dimudlafkan
kepada isim nakirah, sehingga dlalalah-nya adalah bersifat ‘am (umum).
Sedangkan setiap hal yang bersifat umum pastilah menerima pengecualian. Untuk
itulah dijelaskan oleh hadits yang lain dengan istilah “di dalam Islam”
atau “urusan kami”.
Imam
Syafi’i juga berkata,
“Barangsiapa yang menganggap baik sesuatu (dalam agama, menurut pendapat/akalnya), sesungguhnya ia telah membuat syari’at (baru)”
(Al-Mankhuul oleh Al-Ghazaliy hal. 374, Jam’ul-Jawaami’ oleh Al-Mahalliy 2/395, dan yang lainnya)
Perkataan Imam Syafi’i adalah menganggap baik dalam agama atau ibadah mahdah atau sebagian hadits menyebutnya “urusan kami” yang disebut bid’ah dholalah.
“Barangsiapa yang menganggap baik sesuatu (dalam agama, menurut pendapat/akalnya), sesungguhnya ia telah membuat syari’at (baru)”
(Al-Mankhuul oleh Al-Ghazaliy hal. 374, Jam’ul-Jawaami’ oleh Al-Mahalliy 2/395, dan yang lainnya)
Perkataan Imam Syafi’i adalah menganggap baik dalam agama atau ibadah mahdah atau sebagian hadits menyebutnya “urusan kami” yang disebut bid’ah dholalah.
Sedangkan
disisi lain Imam Syafi’i menyatakan bid’ah mahmudah untuk bid’ah dibidang
ibadah ghairu mahdah
Imam as Syafii ra mengatakan “Apa yang baru terjadi dan menyalahi kitab al Quran atau sunnah Rasul atau ijma’ atau ucapan sahabat, maka hal itu adalah bid’ah yang dhalalah. Dan apa yang baru terjadi dari kebaikan dan tidak menyalahi sedikitpun dari hal tersebut, maka hal itu adalah bid’ah mahmudah (terpuji)“.
Imam as Syafii ra mengatakan “Apa yang baru terjadi dan menyalahi kitab al Quran atau sunnah Rasul atau ijma’ atau ucapan sahabat, maka hal itu adalah bid’ah yang dhalalah. Dan apa yang baru terjadi dari kebaikan dan tidak menyalahi sedikitpun dari hal tersebut, maka hal itu adalah bid’ah mahmudah (terpuji)“.
nampaknya antum belum memahami tentang ibadah mahdah
(ibadah ketaatan) dan ibadah ghairu mahdah (ibadah kebaikan). Silahkan baca
tulisan pada
Pendapat
Para Imam dan Muhaddits atas perayaan Maulid
1.
Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yg diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dg pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yg melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164)
Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yg diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dg pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yg melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164)
2.
Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yg kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yg telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg makanan makanan dan yg serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yg kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yg telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg makanan makanan dan yg serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.
3.
Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yg mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yg diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dg kelahiran Nabi saw.
Merupakan Bid’ah hasanah yg mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yg diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dg kelahiran Nabi saw.
4.
Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya
‘Urif bitta’rif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad saw yg gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad saw yg gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.
5.
Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya
Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :Serupa dg ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh
Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab
6.
Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah berkata
”tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan
setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan
bersedekah pd malamnya dg berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan
maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yg sangat besar”.
7.
Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullahdalam syarahnya maulid ibn hajar berkata
: ”ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan
kelahiran nabi saw”
8.
Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah dengan karangan maulidnya yg terkenal
”al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, ”Sesungguhnya membawa
keselamatan tahun itu, dan berita gembira dg tercapai semua maksud dan
keinginan bagi siapa yg membacanya serta merayakannya”.
9.
Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullahdalam kitabnya Al
Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami: ”Maka Allah
akan menurukan rahmat Nya kpd orang yg menjadikan hari kelahiran Nabi saw
sebagai hari besar”.
10.
Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yg terkenal dg
Ibn Dihyah alkalbi
dg karangan maulidnya yg bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir”
dg karangan maulidnya yg bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir”
11.
Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri
dg maulidnya ”urfu at ta’rif bi maulid assyarif”
dg maulidnya ”urfu at ta’rif bi maulid assyarif”
12.
Imam al Hafidh Ibn Katsiryg karangan kitab maulidnya dikenal dg nama : ”maulid
ibn katsir”
13.
Imam Al Hafidh Al ’Iraqydg maulidnya ”maurid al hana fi maulid assana”
14.
Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiytelah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al
astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al
khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.
15.
Imam assyakhawiydg maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi
16.
Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudidg maulidnya al mawarid al
haniah fi maulid khairil bariyyah
17.
Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy yg
terkenal dg ibn diba’
dg maulidnya addiba’i
dg maulidnya addiba’i
18.
Imam ibn hajar al haitsamidg maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid
syayidi waladu adam
19.
Imam Ibrahim Baajurimengarang hasiah atas maulid ibn hajar dg nama tuhfa al
basyar ala maulid ibn hajar
20.
Al Allamah Ali Al Qari’dg maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi
21.
Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji
dg maulidnya yg terkenal maulid barzanji
dg maulidnya yg terkenal maulid barzanji
23.
Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattanidg maulid Al yaman wal is’ad
bi maulid khair al ibad
24.
Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniydg maulid jawahir an nadmu al
badi’ fi maulid as syafi’
25.
Imam Ibrahim Assyaibaniy dg maulid al maulid mustofa adnaani
26.
Imam Abdulghaniy Annanablisiy dg maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadi”
27.
Syihabuddin Al Halwani
dg maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif
dg maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif
28.
Imam Ahmad bin Muhammad Addimyatidg maulid Al Kaukab al azhar alal ‘iqdu al
jauhar fi maulid nadi al azhar
29.
Asyeikh Ali Attanthowiydg maulid nur as shofa’ fi maulid al mustofa
30.
As syeikh Muhammad Al maghribi dg maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir
al bariah.
Tiada
satupun para Muhadditsin dan para Imam yg menentang dan melarang hal ini,
mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yg menentang maulid
sebagaimana disampaikan oleh kalangan anti maulid, maka mereka ternyata hanya
menggunting dan memotong ucapan para Imam itu, dengan kelicikan yg jelas jelas
meniru kelicikan para misionaris dalam menghancurkan Islam.
sufimuda
maaf
jika beda.

No comments:
Post a Comment
ini komentar