Thursday, 23 July 2015

Wood Pellet

Proses Produksi Pabrik Wood Pellet 

  • 1. Proses Produksi Wood Pellet Dari Biomassa Kayu Eko SB Setyawan
  • 2. Sekilas Tentang Pellet Berbagai tipe pellet (wood pellet, torrefied wood pellet & charcoal pellet) Biomass decomposition regimes -White pellet = wood pellet are made of sawdust or planer shavings without bark -Brown pellet = wood pellet are made of bark containing raw materials -Black pellet = torrefied wood pellet Wood pellet : Property class A1 represents the highest quality level that is particularly relevant for private end users. In property class A2, the limiting values for the ash content, the NCV, the nitrogen and chlorine content and the ash melting behaviour are less strict. This property class is mainly relevant for commercial users operating pellet boilers with higher nominal capacity. Pellets according to property class B are relevant as industrial Pellets. Faktor utama pembedanya: nilai kalor, kadar abu dan kimia abu Pellets made from bark containing wood fractions such as forest wood chips, industrial wood chips with bark and short rotation coppice (SRC) would comply with A2 pellet class.
  • 3. Sekilas Tentang Pellet Biasanya pellet berwarna cerah dari kayu lunak, dan yang gelap dari kayu keras. Tetapi pellet yang dibuat dari kayu lunak dari seluruh bagian pohonnya (“whole tree”) termasuk kulitnya akan membuat pellet lebih gelap. Sehingga sulit untuk menentukan kualitas wood pellet dari warnanya saja. Panjang pellet yang beredar di pasaran sangat bervariasi dari berbagai produsen. Produksi wood pellet membutuhkan panjang yang konsisten dan meminimalisir variasi panjang tersebut. Diameter wood pellet bervariasi mulai dari 6 mm hingga 20 mm. Diameter 6 mm umumnya digunakan untuk pemanas ruangan rumah tangga (home heating), sedangkan diameter 8 mm ke atas biasa digunakan oleh industri dan pembangkit listrik. Umumnya pellet dari kayu keras lebih disukai terutama untuk kompor dan perapian/tungku karena secara alami memiliki kadar air lebih rendah, lebih padat, terbakar lebih lama dan panasnya seperti batubara. Standard grade fuel is usually up to 3% ash content, while premium grade is less than 1 percent. Premium pellets are usually produced from hardwood or softwood sawdust containing no tree bark.
  • 4. Sekilas Tentang Pellet Wood Source : Pellet Fuel Institute, US *Analisa proksimate dan ultimate untuk mengetahui senyawa-senyawa dan unsurunsur kimia wood pellet juga bisa dilakukan untuk melengkapi product knowledge
  • 5. A. Teknologi Proses Produksi Wood Pellet
  • 6. Esensi Proses Pembuatan Wood Pellet • Esensi / Philosopy proses pembuatan wood pellet adalah pemadatan (densifikasi) biomasa sehingga memudahkan handling, transportasi dan pemanfaatannya seperti pembakaran, pirolisis dan gasifikasi. Supaya dihasilkan produk yang berkualitas (standar dan stabil) maka perlu pemilihan jenis bahan baku, preparasi bahan baku seperti penyeragaman ukuran partikel dan tingkat kekeringan, conditioning (melunakkan lignin dengan steam shg secara overall meningkatkan produksi), menambah perekat dan sebagainya sebelum dipadatkan (pelletizing). Bahan baku dikategorikan limbah biomasa ataupun kayu-kayu yang seharga limbah.
  • 7. Variabel-Variabel Proses • • • • • • • • • • • • • Jenis Bahan Baku Ukuran Bahan Baku Kadar air Kekerasan Densitas Ukuran Produk (Wood Pellet) Kadar abu Single atau mixed material? Kimia Bahan Baku Kimia Abu Kontaminan Spesifikasi Die Operational Pelletiser These variables have tended to make pelleting more of an “art” than a “science”, through significant strides are being made in the sophistication of this process, bringing these variables under more control.
  • 8. Teknologi Proses Produksi Pabrik Wood Pellet • Proses Standar Pabrik Wood Pellet Skala Besar *Conditioner (biasanya dengan injeksi steam dg P= 5 bar) lazim dilakukan pada pabrik wood pellet skala besar (kapasitas 1 line > 5 ton/jam) karena pembuatan steam dan operasionalnya tidak ekonomis untuk skala kecil. • Komponen biaya terbesar pada : -Bahan Baku -Pengeringan
  • 9. Perbandingan Pabrik Wood Pellet Tipikal pabrik wood pellet skala besar. Kiri : 750rb TPY– Georgia, US ; Kanan : 5 TPH – Tenesse, US Tipikal pabrik wood pellet skala kecil. Kiri : 500kg/h– Cina ; Tengah : 500kg/h – Argentina; Kiri : 350kg/h; Cina
  • 10. Statistik Produksi Wood Pelet Dunia • • • • Total produksi Russia 3,093 juta ton/tahun dengan pabrik terbesar di Leningrad kapasitas 900.000 ton/tahun, terkecil di Galway 2500 ton/tahun (2011). Total produksi US 5,481 juta ton/tahun, dengan pabrik terbesar di Georgia kapasitas 750.000 ton/tahun, terkecil 10.000 ton/tahun ditemukan di banyak tempat (2011). Total produksi Kanada 2,958 juta ton/tahun; Total produksi Cina 792.000 ton/tahun; Total produksi Jepang 110.000 ton/tahun;Total produksi Indonesia 80.000 ton/tahun (2012). Prediksi demand wood pellet terus meningkat. Tahun 2010 konsumsi global 16 juta ton/tahun; tahun 2015 diprediksi 37 juta ton/tahun dan tahun 2020 diprediksi 59 juta ton/tahun.
  • 13. Proses Pengeringan Bahan Baku • • • Ditinjau dari penggunaannya ; kayu dibedakan menjadi : 1. kayu pertukangan dan kerajinan; 2. kayu industri; 3. kayu bakar. Semuanya membutuhkan pengeringan sebelum digunakan. Kayu memegang kelembaban dalam dua cara: sebagai air bebas dalam rongga sel dan air terikat dalam cellwalls. Yang dimaksud air bebas yaitu air yang terkandung didalam rongga sel, dimana air ini mudah keluar masuk, ( higroskopis ).Sedangkan air terikat adalah air yang terkandung didalam dinding sel, dimana air ini agak lamban keluar dan masuk. Variabel-variabel yang berpengaruh pada proses pengeringan kayu: 1. Kayu, 2. kadar air, 3. panas, 4. media pembawa panas, 5. sirkulasi udara, 6. suhu udara, 7. kelembaban udara, 8. alat (mesin) pengering, 9. teknik pengeringan dan 10. waktu. • Proses pengeringan kayu akan berjalan semakin cepat apabila suhu udara semakin tinggi, kelembaban udara semakin rendah dan kecepatan sirkulasi udara disekitar permukaan kayu semakin cepat. • Kayu yang lebih ringan pada umumnya akan mengering lebih cepat daripada kayu yang lebih berat, karena porositas kayu ringan lebih tinggi daripada porusitas kayu berat. • Teknik pengeringan yang dipakai akan mengoptimalkan variabel-variabel proses tersebut, antara lain : menaikkan suhu udara, menurunkan kelembaban udara (menggunakan udara kering), menaikkan kecepatan sirkulasi udara kering, memperluas kontak antara kayu yang dikeringkan dengan udara kering, sehingga didapat kayu kering dengan waktu relatif cepat. •Pengeringan dengan matahari dengan suhu relatif rendah (40-60 C) juga meminimalkan emisi senyawa organik (VOC=Volatile Organic Compound) berbau dari kayu.
  • 16. Size Reduction Stage • Hammer mill umumnya hanya mampu bekerja pada kadar air maks. 20%. • Kayu hasil panen umumnya memiliki kadar air tinggi sekitar 50% sehingga perlu pengeringan terlebih dahulu sebelum bisa diumpankan ke hammer mill. • Ukuran batang kaliandra yang kecil rata-rata hanya 5-10 cm cukup dengan 1-step process dengan wood crusher (wood chipper + Hammer Mill) • Sedangkan apabila ukurannya lebih dari itu bisa menggunakan chipper lalu hammer mill atau tipe drum cutter.
  • 19. Berbagai Jenis Alat Pemellet Untuk pelletizing highly fibrous biomass L/D = 8,5-9 : 1 Untuk pelletizing wood L/D = 8-10 :1 Untuk kapasitas kecil <500kg/jam Untuk kapasitas menengah dan besar; paling populer Jarang digunakan, aplikasi Skala laboratorium Jarang digunakan, aplikasi Skala laboratorium For flat die machine the length of of hole is shorter than ring die machine, that’s mean durability of pellets from ring die machine is better than flat die machine
  • 20. Pelletiser Komersial Flat Die Pelletiser Komersial: ada 2 macam, yakni flat die dan ring die. Flat die : high operational cost (alat cepat aus dan lebih banyak maintenance), biasa dipakai untuk pakan ternak atau wood pellet skala kecil (<500kg/hari), harga alat murah. Ring die: low operational cost, alat (tidak cepat aus dan sedikit perawatan), populer dan banyak dipakai untuk produksi wood pellet kapasitas sedang hingga besar (>500kg/jam), harga alat lebih mahal. Ring Die
  • 21. Analogi Flat Die Vs Ring Die = Motor Vs Mobil Vs x Pada konteks sebagai alat angkut dengan beban tertentu : Mesin sepeda motor umumnya cc-nya kecil (100-500 cc) sehingga kapasitas angkutnya juga kecil, sedangkan apabila kapasitas mesinnya besar misalnya 1500 cc atau diatasnya, maka lebih cocok dipasang atau dibuat mobil untuk efektivitas dan efisiensi pengangkutan, estetika, handling, keamanan dan sebagainya daripada dibuat moge (motor gedhe).
  • 22. Material Die -Carbon steel alloy : die terkuat, harga murah, tidak tahan korosi, permukaan die kasar sehingga friksi dan kompresi lebih besar sehingga wood pellet yang dihasilkan lebih keras. -Stainless steel alloy : lebih tahan korosi, harga lebih mahal, karena permukaan die lebih halus,maka butuh kedalaman die lebih panjang untuk menghasilkan wood pellet yang keras. -High chrome alloy : ketahanan korosi paling tinggi, start up lebih mudah, karena die lebih halus sehingga butuh kedalaman die lebih panjang untuk hasil wood pellet yang keras, harga paling mahal. Hampir semua produsen wood pellet press juga produksi ring die dan roller dan ada juga yang menjualnya khusus seperti dibawah ini :
  • 23. Pelleting Stage • • • • Terlalu tinggi maupun terlalu rendahnya kadar air pada proses pemelletan kayu akan menyebabkan gagalnya proses ini. Untuk mendapat kualitas pellet yang baik, suhu rata-rata di die 125 C; Kanada mensyaratkan menjaga suhu 85 C untuk suhu minimum die. Semakin tinggi suhu semakin baik kualitas pellet. Efisiensi pabrik wood pellet yang bisa diterima adalah 130-200 kWh/ton, tanpa drying system. Fuels that are used during pellet production may produce a maximum greenhouse gas (GHG) emission of 100 kg CO2 per tonne of pellets. This value can be achieved as long as biomass fuels are used for raw material drying and can be lower if use sun drying.
  • 24. Ketika Bahan Baku Terlalu Basah • Kadar air terlalu tinggi (terlalu basah) akan menyebabkan tekanan (kompresi) yang sangat tinggi pada die. Hal ini membuat suhunya meningkat dan menghasilkan steam dalam jumlah banyak. Tingginya tekanan akan membuat motor bekerja terlalu berat dan juga potential membuat die mampet (ter-block). Kondisi ini juga berpengaruh pada bearing di roller. Pellet yang dihasilkan juga akan lunak dan sangat mudah pecah. Walaupun kompresi tinggi akan tetapi suku yang memadai yang membuat lignin keluar sebagai perekat tidak tercapai. Karena tingginya kadar air, maka pellet akan mengembang dan mengeluarkan uap air, akibatnya pellet tidak halus permukaannya dan berbentuk silinder seperti seharusnya.
  • 25. Ketika Bahan Baku Terlalu Basah Wood pellet lunak dan mudah pecah ketika menggunakan bahan baku terlalu basah (kadar air tinggi). Wood Pellet akan rusak bahkan hancur pada tahap pendinginan bila terlalu tinggi kadar airnya (terlalu basah). Skema pendinginan wood pellet dg aliran udara lawan arah (counter flow)
  • 26. Ketika Bahan Baku Terlalu Kering • Pellet tidak terbentuk (ambrol) ketika menggunakan bahan baku terlalu kering (kadar air rendah) Karena bahan baku memiliki kepadatan rendah dan kurangnya kadar air (terlalu kering) maka roller tidak mampu melakukan kompresi yang memadai didalam die. Kurangnya tekanan juga berakibat kurangnya panas dan lignin tidak mampu keluar sebagai perekat pada pellet tersebut. Karena bahan baku tidak bisa menghasilkan friksi yang cukup dan tekanan / kompresi maka material akan akan meluncur bebas di dalam die dan akibatnya pellet tidak terbentuk.
  • 27. Mekanisme Pendinginan (Cooling) Ketika wood pellet keluar dari pelletiser maka suhunya sangat panas, lunak dan mengeluarkan uap air. Sebelum pellet bisa disimpan dan digunakan maka kondisinya harus dingin dan kering. Cara paling mudah pendinginan wood pellet adalah menghamparkannya dalam ruangan sehingga dingin dengan sendirinya pada suhu ruang. Counter flow cooler adalah jenis pendingin wood pellet yang umum di industri wood pellet saat ini dengan arah udara pendingin dan produk wood pellet secara lawan arah. Pendinginan bertahap akan meningkatkan kualitas, mengurangi retakan-retakan di permukaan dan “fine”. Wood pellet keluar dari cooler dengan kadar air menjadi sekitar 8% dengan suhu berkisar +5-10C dari suhu kamar. Hampir semua cooler dilengkapi screen untuk menyaring “fine”/”powder” dari wood pellet. “Fine” /”Powder” tersebut kemudian dikembalikan ke pelletiser untuk bisa digunakan sebagai bahan baku lagi. Kiri : Skema alat counter flow cooler; Tengah : photo cooler komersial; Kanan : wood pellet yand didinginkan secara memadai permukaannya halus dan mengkilap.
  • 28. C. Karakteristik Pelletiser Dan Perawatan Peralatan Termasuk Pelletiser
  • 29. 6 Pertimbangan Kunci Pemelletan Pemelletan sukses = kualitas pellet 1. Hubungan antara kualitas bahan baku, kapasitas pemelletan dari mesin dan proses pemelletan (kondisi operasi pemelletan) harus sinkron. 2. Kapasitas friksi pada die. Semakin besar friksi maka densitas pelet semakin tinggi. 3. Permukaan dan material die dan roller. Die dari stainless steel memiliki permukaan halus dan tahan karat sehingga start up lebih mudah dibandingkan die dari carbon steel, tetapi memperbesar friksi maka diperdalam kedalaman lubangnya (die hole). 4. Rasio Panjang dan diameter lubang pada die. 5. Ketebalan lapisan bahan baku diatas die dan sehingga ketebalan bahan tersebut yang dipress ke dalam die. Ketebalan optimum umumnya adalah 1 mm 6. Frekuensi kompresi (kecepatan rotasinya).
  • 30. Ketinggian Roller dan Carpet Carpet adalah lapisan tipis bahan yang dipress, yang berada pada puncak permukaan die. Ketika bahan baku masuk ke pelletiser maka akan terdorong oleh roller dan membentuk carpet. Semakin banyak bahan dimasukkan ke pelletiser maka akan semakin menambah ke carpet. Carpet inilah kemudian yang ditekan ke lubang die dan menghasilkan pellet. Sehingga untuk material yang bisa membentuk pellet, awalnya harus bisa membentuk carpet. 1 mm Gap Umumnya carpet dengan ketebalan 1 mm adalah kondisi optimum antara kualitas pellet, konsumsi energi dan tingkat keausan alat. >1mm Gap Memperbesar gap antara roller dan die, akan meningkatkan kebutuhan energi yang dibutuhkan. Jika roller diset diatas 1 mm, maka kemungkinan tekanan yang dihasilkan tidak akan cukup antara die dan roller. Tanpa tekanan yang cukup maka tidak ada panas, sehingga tidak ada perekat yang dikeluarkan dan carpet tidak terbentuk, sehingga pellet juga tidak terbentuk. Hanya pada kondisi sangat khusus sehingga sangat jarang diaplikasikan untuk >1 mm gap pada produksi pellet. < 1mm Gap Ketika roller dan die bersentuhan berarti tidak ada ruang untuk membentuk carpet, sehingga bahan ditekan langsung ke dalam luabng die, akibatnya kualitas pellet akan menurun. Lebih penting lagi, ketika kontak antar logam terjadi maka akan secara significant mengurangi umur roller dan die tersebut. Tips : Ketika menyetting roller gap karakteristik bahan baku perlu dipertimbangkan, sebagai contoh densitas material dan kemampuan perekatan. 1mm gap direkomendasikan untuk hampir semua bahan tetapi mencoba variasi gap akan bermanfaat. Semua produksi pellet adalah masalah mengurangi kebutuhan energi dan tingkat keausan peralatan sementara secara simultan meningkatkan kualitas pellet dan produktivitas. Hal ini mengapa produksi kualitas pellet membutuhkan skill tersendiri.
  • 31. Karakteristik Perekatan Dalam Produksi Wood Pellet • Variabel bahan baku termasuk moisture content &, particle size, shape, and distribution, hardness serta lignin content mempunyai pengaruh besar thd kualitas pellet dan pemilihan kondisi proses yang memadai. Adanya cairan seperti air selama pelletisasi menghasilkan gaya antar muka (interfacial forces) dan tekanan kapiler, shg meningkatkan ikatan partikel. • Ada 3 tahap pada pemadatan biomasa termasuk pellet. Tahap 1 : partikel menyusun formasi sendiri ke bentuk cukup padat. Tahap 2 : partikel saling dorong dan terbentuk sifat seperti plastik dan deformasi elastis, sehingga meningkatkan kontak antar partikel secara signifikan; partikel menjadi diikat dengan gaya electrostatic van der Waal. Tahap 3 : terjadi penurunan volume yang signifikan akibat tingginya tekanan/kompresi sehingga kepadatan/density pellet dapat dicapai
  • 33. Susunan Cellulose, Hemicelullose dan Lignin Pada Biomasa
  • 34. Karakteristik Perekatan Dalam Produksi Wood Pellet Pemadatan biomassa seperti pellet dengan tekanan/ kompresi tinggi akan meningkatkan mechanical interlocking dan adhesi antar partikel, sehingga membentuk ikatan antar molekul pada area kontak. Pada bahan baku biomasa seperti kayu mekanisme perekatan dapat dibagi menjadi gaya adhesi dan kohesi , gaya tarik antara partikel dan interlocking bonds.
  • 35. Perekatan dan Kualitas Wood Pellet Partikel “Fines” (bubuk) terbentuk akibat kurangnya perekatan sewaktu pembentukan pellet. Sehingga kinerja dari pelletiser dan produk jadi pellet berpengaruh terhadap persen fines. Pellet sangat kuat apabila ditekan secara vertikal tetapi mudah pecah ketika ditekan secara horisontal. Kualitas pellet yang jelek membuatnya hancur/pecah berkeping-keping dan menghasilkan banyak bubuk. Tergantung target pasarnya, prosentase “fine” yang terbentuk perlu dinyatakan atau tidak. Pada kualitas wood pellet premium target dari fines harus kurang dari 1%. CEN European standard memiliki spesifikasi prosentase “fines” yang diperbolehkan dan dalam banyak kasus prosentase fine harus dinyatakan ketika dijual. Kapasitas pengemasan juga berpengaruh thd terjadinya prosentase fine, semakin kecil wadah akan membuat prosentase fine lebih kecil.
  • 36. Karakteristik Pelletiser • Setiap bahan baku memiliki kualitas dan karakteristik yang berbeda. Parameter tersebut adalah kadar air, kepadatan dan kualitas perekatan. • Ketika kualitas bahan baku telah sesuai untuk wood pellet berkualitas, maka setelah masuk pelletiser dan berkontak dengan roller dan mendapat panas serta tekanan yang sesuai maka pellet akan keluar. Pisau bisa ditambahkan untuk mengeset panjang pellet. Dan setelah didinginkan pellet akan keras dan siap digunakan.
  • 37. Karakteristik Pelletiser • Pemilihan bahan baku berkualitas berpengaruh besar terhadap kualitas wood pellet, dan settingan pelletiser meliputi ketebalan dan material die, pressing time, pressing temperature dan pressure juga membantu meningkatkan kualitas wood pellet. Tekanan (pressure) bisa diset dengan pemilihan die, material die dan jarak dengan roller. Sehingga untuk produksi wood pellet dari beragam bahan baku perlu mengubah kecepatan pengumpanan ke pelletiser maupun pemilihan pellet die-nya. Idealnya pemilihan die juga terkait rasio kompresinya, misalnya mengolah bahan baku kayu lunak membutuhkan die lebih tebal dibandingkan mengolah kayu keras, untuk hasil kualitas pemelletan yang sama. • Ada perbedaan antara hanya membuat wood pellet dengan membuat wood pellet berkualitas dengan konsumsi energi minimum dan maximum roller & die life.
  • 38. Perawatan Peralatan Termasuk Pelletiser Peralatan yang digunakan produksi wood pellet terekspose suhu dan tekanan tinggi, sehingga perawatan yang memadai menjadi esensi untuk memaksimalkan umur peralatan dan mengurangi konsumsi energi. A. Perawatan Bearing Peralatan khususnya crusher tipe hammer mill dan pelletiser memiliki banyak bearing, yang mencapai suhu tinggi selama operasi. Mengecek secara berkala bearing dibutuhkan untuk menjaga kinerja dan umur peralatan. Beberapa peralatan dilengkapi dengan pelumasan otomatis untuk bearing.
  • 39. Perawatan Peralatan Termasuk Pelletiser B. Menjaga Konsumsi Energi Minimum Periksalah hammer mill dan pelletiser bisa beroperasi tanpa tahanan akan menjaga kebutuhan energi tetap minimum.Sebagai contoh pengecekan bahwa tidak ada material yang menyebabkan friksi tambahan sekitar pelletiser dan roller. C. Yang Harus Dilakukan Pada Akhir Produksi Ketika akhir produksi sangat penting untuk memasukkan bahan berminyak ke pelletiser sehingga produksi nantinya bisa dimulai dengan mudah lagi contoh dedak atau katul dengan minyak goreng. Jika bahan baku yang diproses tertinggal di die, selanjutnya ketika die dingin bahan baku di dalam die juga dingin dan akan mengeras. Jika hal itu terjadi maka sangat sulit untuk memulai produksi lagi dan mungkin perlu dibor die yang tersumbat tersebut.
  • 40. Photo Peralatan Yang Perlu Dirawat Termasuk Pelletiser
  • 41. Penerimaan Bahan Baku (Receiving Station) • Bahan baku diterima di pabrik dengan dihitung dengan cara : 1. volume (kubikan). Menghitung volume kayu dalam bak mobil atau truk lalu dikalikan dengan kepadatan (density) rata-rata kayu (100150 kg/m3) 2. Penimbangan. Kayu bisa dimasukkan dalam karung lalu ditimbang dg timbangan duduk ataupun berat mobil dg kayu dikurangi berat mobilnya yakni dg timbangan muatan mobil. Estimasi harga 100 juta rupiah. Cara 1 lebih murah dan praktis, tetapi akurasi berat atau bobot tidak sebaik cara 2.
  • 42. Packing Wood Pellet • Disarankan untuk mengemas wood pellet dengan ukuran besar, shg apabila tidak menggunakan mesin packing misalnya langsung dari coolerpun tidak masalah, karena jumlahnya sedikit. • Kemasan model jumbo bag dengan kapasitas 1 ton atau 500 kg bisa diterapkan. Umumnya pabrik wood pellet kapasitas kecil di Indonesia Langsung packing dari cooler. Jumbo bag untuk 500kg wood pellet Jumbo bag untuk 1 ton wood pellet
  • 43. Packing / Bagging A. Semi-Manual B. Full Automatic
  • 44. D. Konfigurasi Pabrik Wood Pellet
  • 45. Penyimpanan Produk (Product Storage) • Penyimpanan produk wood pellet di tempat kering ber-ventilasi. Sangat disarankan menggunakan pallet untuk menjaga kekeringan produk. Beberapa panduan lain seperti pada kolom disamping.
  • 46. K3 Produksi Wood Pellet Based on US Data • Hal-hal yang perlu diperhatikan di area pabrik: -Mengenakan masker, sepatu, kaos tangan dan helm. -Menghindari membakar sampah dan semacamnya yang menimbulkan api. -Dilarang merokok. -Motor listrik dan peralatan relay harus terlindungi. -Hati-hati bila mengelas dan memotong logam di area banyak sawdust kering berpotensi bahaya. -Hindari permukaan panas berkontak dengan sawdust kering, karena berpotensi menimbulkan percikan api. -Wood pellet tidak boleh disimpan lama tanpa monitoring suhu yang memadai* -Waspadai terhadap gesekan, benturan dan percikan api timbul karena bearing panas, komponen bergerak, dsb yang menyebabkan kecelakaan dengan sawdust kering. *aktivitas mikroba akan meningkatkan suhu wood pellet sampai 90 C yang selanjutnya bila teroksidasi bisa menyebabkan kebakaran. Kadar air yang tinggi serta proses produksi sehingga bahan baku tidak terekspose suhu >100 C akan memacu aktivitas mikroba.
  • 47. E. Promosi Pemakaian Wood Pellet di Indonesia
  • 48. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
  • 49. Perbandingan Wood Pellet Dengan Batubara No. Factors Wood Pellet Coal 1. Calorific Value 4000 kcal/kg and up 5000-5500 kcal/kg 2. Ash Content < 4% 20 to 40% 3. Pollution/Poisonous effluent Smoke No Smoke No Sulphur Sulphur, phosphorous fumes 4. Moisture 8 %( max) 20 to 35% 5. Efficiency of boiler 75% 75% 6. Wastages/Loss 8-10% 15-20% 7. Labour usage Single person is enough Require two persons 8. Boiler efficiency Normal Fly ash deposit on tubes High wear & tear 9. Handling Easy because of packed material Tough material 10. Type of Fuel Carbon Neutral Carbon Positive -Berbagai keuggulan wood pellet bisa dijadikan bargaining postion harga jual wood pellet untuk subtitusi batubara di industri. -Sebagai perbandingan : US hampir semua wood pellet digunakan untuk pemanas rumah tangga dengan pellet stove, sedangkan mayoritas wood pellet di Asia digunakan untuk co-firing dengan batubara pada PLTU (coal powerplant). -Sebagian proses produksi wood pellet juga dengan debarking (menghilangkan kulit dari kayunya) utk mengurangi kadar abu. Karena konsumen wood pellet di Indonesia adalah industri yang umumnya lebih toleran utk kadar abu lebih tinggi maka tidak dengan debarking tidak menjadi masalah.
  • 50. Harga Wood Pellet Internasional
  • 51. Terimakasih Eko SB Setyawan 081328841805 Biomass to Energy Entrepreneur eko.sbs@gmail.com


No comments:

Post a Comment

ini komentar