THOWAF
1. Thowaf
atau tawaf adalah mengelilingi ka'bah dalam Masjid Harom 7 kali putaran dengan
niat tawaf.
2.
Untuk tawaf ini harus: Bersuci dan menutup
aurat seperti dalam salat. Hanya dalam tawaf ini dibolehkan berbicara asal
pembicaraan itu baik.
Ibnu Abbas berkata: Sesungguhnya Nabi saw. bersabda:
Tawaf adalah seperti salat .... Hanya Allah swt. memperbolehkan berbicara di
dalamnya. Maka barang siapa berbicara maka janganlah berbicara kecuali dengan
bicara yang baik. (H.R. Tirmidzi dan Daroqutni)
Dimulai dari sudut Hajar Aswad dan berakhir di situ.
Ka'bah berada di sebelah kiri orang yang tawaf, dan tidak
boleh lewat di atas pondasi ka'bah atau dalam Hijir lsma'il, karena Hiiir lsma'il itu bagian
dari ka'bah.
3.
Tawaf ada 4 macam, yaitu:
- THOWAF QUDUM (tawaf kedatangan). Tawaf ini dikerjakan bagi orang yang datang dari luar tanah haram saat baru tiba. Dan bagi orang yang berhaji tamattu' adalah tawaf umroh.
- THOWAF IFADLOH atau Thowaf Ziyaroh. Thawaf ini dikerjakan pada tanggal 10 Dzulhijjah atau sesudahnya. Thawaf ini harus dikerjakan dan merupakan tahallul tsani hagi yang herihrom haji.
- THOWAF WADA' (tawaf berpamitan). Tawaf ini
dikerjakan saat mau berangkat meninggalkan Mekah. la harus dikerjakan,
kecuali wanita yang sedang haid.
Ada hadis yang menerangkan: Orang-orang diperintah supaya akhir urusannya adalah (tawaf) di Baitullah. Hanya orang perempuan yang haid diberi keringanan. (HR. Bukhari dan Muslim) - THOWAF TATHOWWU' atau tawaf sunat.
Thowaf ini bisa dikerjakan setiap waktu baik siang maupun malam. Dan
dianjurkan orang mengerjakannya sebanyak mungkin selama berada di Mekah.
Rasulullah saw. berkata: Hai Bani abdi Manaf janganlah kamu melarang seseorang tawaf di Baitullah ini dan di saat manapun dia suka baik malam maupun siang hari. (H.R. Ashabus Sunan).
4.
Adapun cara mengerjakan tawaf menurut sunnah
Rasulullah saw. adalah sebagai berikut:
Idhthibah', yaitu bagi orang laki-laki meletakkan bagian
tengah kain kemulnya di bawah ketiak kanan dan menaruh ujung-ujung kemul itu di
atas pundak kiri, sehingga pundak kanan terbuka dan pundak kiri tertutup. lni
hanya untuk tawaf waktu datang. Dan sesudah itu kemul itu dikemulkan seperti
biasa, terutama waktu salat.
Ibnu Abbas berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. dan para
sahabatnya berumroh dari Ji'ronah, lalu mereka berlari-lari kecil di Baitullah
dan mereka buat kemul-kemul mereka di bawah ketiak kanan merekah, lalu
menyampirkan (ujung-ujung)nya di atas pundak kiri mereka. (H.R. Ahmad dan Abu
Dawud)
Sesampai di sudut Hajar Aswad (di lantai ditandai dengan
garis besar berwarna coklat) menghadap Hajar Aswad, lalu menciumnya, atau
menjamahnya dengan tangan lalu mencium tangan, atau menyentuhnya seumpama tongkat
lalu mencium tongkat, atau berisyarat kepadanya dengan tangan atau sesuatu di
tangan. Itu dilakukan setiap kali memulai putaran tawaf.
Ibnu Umar berkata: Rasulullah saw. menghadap Hajar Aswad
lalu menjamahnya. (H.R. Hakim)
'Abis bin Rabi' ah berkata: Saya melihat Umar datang ke
Hajar Aswad lalu berkata: Sesungguhnya aku tahu benar bahwa engkau adalah
sebuah batu. Dan seandainya aku tidak melihat Rasulullah saw. menciummu, aku
tidak akan menciummu. Kemudian dia mendekatinya lalu menciumnya.
Abu Thafail berkata: Saya lihat Rasulullah saw. tawaf di
Baitullah dan menyentuh Hajar Aswad dengan tongkat yang ada padanya dan
menciumnya. (H.R.Muslim)
Nafi' berkata: Saya lihat Ibnu Umar mengusap Hajar Aswad
dengan tangannya lalu mencium tangannya dan berkata: Saya tidak meninggalkan
(cara itu) semenjak saya lihat Rasulullah saw. mengerjakannya. (H.R. Bukhari
dan Muslim).
Ibnu Abbas berkata: Rasulullah saw. telah bertawaf di
atas seekor unta. Setiap kali beliau sampai di sudut (Hajar Aswad) beliau
berisyarat kepadanya dengan sesuatu yang ada di tangan beliau dan membaca
takbir. (H.R. Bukhari)
Membaca takbir, yaitu: "Dengan nama Allah, dan AIlah
Maha Besar." Inipun dilakukan setiap kali memulai putaran tawaf.
Dari Ibnu Umar: Sesungguhnya apabila beliau telah
mengusap Hajar Aswad mengucap:" Bismillah wa Allahu Akbar". (H.R.
Baihaqi)
Perhatian
Mencium Hajar Aswad adalah sunnah, tapi menyakiti orang lain atau menyakiti diri sendiri adalah terlarang. Oleh sebab itu, dalam hal mencium Hajar Aswad ini kita tidak usah terlalu memaksakan diri dalam keadaan sangat berdesakan, terutama bagi kaum wanita. Selain membahayakan fisik, tidak jarang mendatangkan perlengkaran atau melanggar aturan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak halaL
Mencium Hajar Aswad adalah sunnah, tapi menyakiti orang lain atau menyakiti diri sendiri adalah terlarang. Oleh sebab itu, dalam hal mencium Hajar Aswad ini kita tidak usah terlalu memaksakan diri dalam keadaan sangat berdesakan, terutama bagi kaum wanita. Selain membahayakan fisik, tidak jarang mendatangkan perlengkaran atau melanggar aturan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak halaL
Perhatikanlah
keterangan di bawah ini:
1.1.
Dari Umar bin Khattab, bahwa Rasulullah saw.
bersabda kepadanya: Hai Abu Hafsh, engkau adalah seorang laki-laki kuat, maka
janganlah engkau berdesakan di sudut (Hajar Aswad), karena engkau bisa
menyakiti orang yang lemah. Tapi apabila engkau mendapati sepi maka
beristilamlah, dan kalau tidak maka bertakbirlah dan berlalu.(H R. Ahmad).
1.2.
Ada juga diriwayatkan, bahwa Ummul Mukminin
Aisyah berkata kepada seorang perempuan: Janganlah engkau berdesakan di atas
Hajar Aswad, kalau engkau lihat kosong maka beristilamlah, dan kalau engkau
lihat berdesakan maka bertakbirlah dan baca "Laa Ilaaha Ilallah"
apabila engkau sejajar dengannya, dan janganlah menyakiti seseorang. (Lihat
Fiqh Sunnah jilid I hal. 595).
5.
Kemudian berpaling ke kanan, hingga ka'bah
berada di sebelah kiri orang yang tawaf dan, hanya untuk thowaf qudum,
berlari-lari kecil 3 kali putaran dan berjalan biasa 4 kali putaran.
Dari Jabir: Sesungguhnya apabila Rasulullah saw. telah
sampai di Mekah beliau datang ke Hajar Aswad, lalu menjamahnya. Kemudian berjalan
ke arah kanan beliau lalu berlari- lari kecil 3 kali (putaran) dan berjalan
biasa 4 kali (putarn). (H.R. Muslim dan Nasai)
Perhatian!
- Ramal, atau berlari-lari kecil, ini hanya untuk laki-laki. Adapun bagi perempuan tidak usah ramal. Diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa dia berkata: Tidak ada ramal alas perempuun (pada tawaf) di Buitullah, dan tidak (pada sa'i) diantara Shofa dan Marwah.(H R. Daraqutni dan Baihaqi)
o
Ramal 3 putaran dan berjalan biasa 4 putaran
ini hanya untuk tawaf qudum. Ibnu Umar berkata: Sesungguhnya Nabi saw. dahulu
apabila tawaf di Baitullah tawaf yang pertama, berlari-lari kecil 3 kali
putaran dan belralan biasa 4 kali putaran. (H R. Bllkhari don Muslim).
o
Dalam keadaan orang berdesakan tawaf seperti
sekarang ini, harus dijaga jangan sampai menyakiti orang lain atau diri
sendiri. Maka apabila berlari-lari kecil itu bisa membahayakan diri sendiri
atau orang lain, maka tidak mengapa apabila kita ikuti saja irama orang
bertawaf walaupun dengan jalan biasa.
Firman Allah: Allah menghendaki kemuduhan dengan kamu dan
tidak menghendaki kesulitan. (Al-Baqoroh 185)
6.
Sesampai di sudut yang sebelum sudut Hajar
Aswad, atau yang disebut Rukun Yamani, mengusap sudut itu dengan tangan tidak
menciumnya. Adapun dua sudut yang sebelum Rukun Yamani itu tidak diusap.
Diriwayatkan dari lbnu Umar, katanya: Sesungguhnya adalah
Rasulullah saw. menjamah mengusap Rukun Yamani dan Hajar Aswad pada setiap
(putaran) tawaf beliau. Dan tidak mengusap dua sudut yang sesudah Hajar Aswad.
(H.R. Bukhari dan Muslim)
7.
Diantara Rukun Yamani dan Hajar Aswad membaca: Ya Robb
kami, berilah kami yang baik di dunia dan yang baik di akhirat, dan
peliharakanlah kami dari siksa neraka.
Abdullah bin Sa ib berkata: Saya mendengar Rasulullah
saw. mengucap di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad. Robbanaa aatinaa fid
dunyaa hasanah wa fil aahirati hasanah wa qinaa adwaban naar: (H.R. Ahmad dan
Abu Dawud)
8. Dalam
tawaf, tidak ada kemestian bacaan-bacaan doa tertentu untuk setiap kali
putaran. Orang boleh berdoa apa yang dia mau menurut keperluannya.
9.
Sesudah selesai putaran yang ke 7, selesailah
sudah tawaf itu. Lalu menuju ke Maqom Ibrohim, ia kita buat berada di antara
kita dan Ka'bah. Lalu membaca bacaan yang artinya: Dan jadikanlah Maqom Ibrohim
tempat salat.
10.
Lalu shalat di situ dua rakaat. Pada rakaat
pertama membaca surat
Al-Kaafiruun sesudah Al-Fatihah dan pada rakaat kedua surat Al-ihlas sesudah Al-Fatihah. Kalau
sulit salat di tempat itu karena berdesakan dan sebagainya, boleh salat di
tempat lain dalam masjid.
11.
Sesudah shalat kembali ke Hajar Aswad, lalu menciumnya, menjamahnya atau
berisyarat kepadanya seperti pada permulaan thawaf.
Dari Jabir, dia berkata: Sesungguhnya
Rasulullah saw. setelah sampai ke Maqom Ibrohim membaca: Wattakhidzuu mim
Maqaami Ibrohima mushollaa. Lalu salat dua rakaat, lalu membaca Al Fatihah dan
Qul-Yaa Ayyuhal kaafiruun dan Qul Huwallahu Ahad. Kemudian kembali ke sudut
Hajar Aswad lalu menjamahnya, kemudian keluar ke arah Shofa. (H.R. Ahmad,
Muslim dan Nasaa'i)
No comments:
Post a Comment
ini komentar