KEHIDUPAN SOSIAL
Telah disebutkan bahwa semut hidup berkoloni dan di antara
mereka terdapat pembagian kerja yang sempurna. Kalau dilihat lebih teliti, kita
dapati sistem mereka memiliki struktur sosial yang cukup menarik. Mereka pun
mampu berkorban pada tingkat yang lebih tinggi daripada manusia. Salah satu hal
paling menarik dibandingkan manusia, mereka tidak mengenal konsep semacam
diskriminasi kaya-miskin atau perebutan kekuasaan.
Banyak ilmuwan yang bertahun-tahun melakukan penelitian
mendalam tak mampu menjelaskan perilaku sosial semut yang begitu maju. Caryle
P. Haskins, Ph.D., kepala Institut Carnegie di Washington menyatakan:
Setelah 60 tahun mengamati dan mengkaji, saya masih takjub
melihat betapa canggihnya perilaku sosial semut.… Semut merupakan model yang
indah untuk kita gunakan dalam mempelajari akar perilaku hewan.1
Sebagian koloni semut begitu padat populasinya dan begitu
luas daerah hidupnya, sehingga tak mungkin bisa di-jelaskan bagaimana mereka
dapat membentuk tatanan yang sempurna. Jadi, pernyataan Dr. Haskins sulit
dibantah.
Sebagai contoh koloni yang besar ini, misalnya spesies semut
Formica yesensis, yang hidup di pantai Ishikari, Afrika. Koloni semut ini
tinggal di 45.000 sarang yang saling berhubungan di wilayah seluas 2,7
kilometer persegi. Koloni yang memiliki sekitar 1.080.000 ratu dan 306.000.000
pekerja ini dinamai "koloni super" oleh para peneliti. Ditemukan
bahwa semua alat produksi dan makanan dipertukarkan dalam koloni secara
tertib2. Sungguh sulit menjelaskan bagaimana semut-semut ini mempertahankan
ketertiban tanpa masalah, mengingat luasnya tempat tinggal mereka. Harus
diingat, untuk menegakkan hukum dan menjaga ketertiban sosial, bahkan di negara
beradab dengan sedikit penduduk pun, diperlukan berbagai kekuatan keamanan.
Diperlukan pula staf administrasi yang memimpin dan mengelola unit-unit ini.
Kadang-kadang ketertiban pun tidak dapat dijaga tanpa timbul masalah, meskipun
telah diupayakan sekuat tenaga 2
Namun, koloni semut tidak memerlukan polisi, satpam, atau
hansip. Dan mengingat tugas sang ratu - yang kita ang-gap sebagai pemimpin
koloni - hanya melestarikan spesies, semut-semut ini sebenarnya tidak punya
pemimpin atau penguasa. Jadi, di antara mereka tidak ada hierarki berdasarkan
rantai komando. Lalu siapa yang menentukan ketertiban ini dan menjaga
keberlanjutannya?
Semut, makhluk yang sangat kecil, menjalani hidup mereka
secara tertib sempurna meskipun ukurannya kecil.
Dalam bab-bab berikut kita akan menemukan jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan ini dan pertanyaan lain yang serupa.
Sistem Kasta
Setiap koloni semut, tan-pa kecuali, tunduk pada sistem
kasta secara ketat. Sistem kasta ini terdiri atas tiga bagian besar dalam
koloni.
Anggota kasta pertama adalah ratu dan semut-semut jantan,
yang memungkinkan mereka berkembang biak. Dalam satu koloni bisa terdapat lebih
dari satu ratu. Ratu mengemban tugas reproduksi untuk meningkatkan jumlah
individu yang membentuk koloni. Tubuhnya lebih besar daripada tubuh semut lain.
Sedang tugas semut jantan hanyalah membuahi sang ratu. Malah, hampir semua
semut jantan ini mati setelah kawin.
Anggota kasta kedua adalah prajurit. Mereka mengemban tugas
seperti membangun koloni, menemukan lingkungan baru untuk hidup, dan berburu.
Kasta ketiga terdiri atas semut pekerja. Semua pekerja ini
adalah semut betina yang steril. Mereka merawat semut induk dan bayi-bayinya;
membersihkan dan memberi makan. Selain semua ini, pekerjaan lain dalam koloni
juga merupakan tanggung jawab kasta pekerja. Mereka membangun koridor dan
serambi baru untuk sarang mereka; mereka mencari makanan dan terus-menerus
membersihkan sarang.
Di antara semut pekerja dan prajurit juga ada subkelompok.
Subkelompok ini disebut budak, pencuri, pengasuh, pembangun, dan pengumpul.
Setiap kelompok me-miliki tugas sendiri-sendiri. Sementara satu kelompok
berfokus sepenuhnya melawan musuh atau berburu, kelompok lain membangun sarang,
dan yang lain lagi memelihara sarang.
Setiap individu dalam koloni semut melakukan bagian
pekerjaannya sepenuhnya. Tak ada yang mencemaskan posisi atau jenis tugasnya.
Ia hanya melakukan apa yang diwajibkan. Yang penting adalah keberlanjutan
koloninya.
Kalau kita pikirkan bagaimana sistem ini berkembang, kita
tidak dapat mengingkari fakta adanya penciptaan.
Mari kami jelaskan alasannya: Jika ada tatanan yang
sempurna, secara logis kita berkesimpulan bahwa tatanan ini tentu dibentuk oleh
otak yang merencanakan. Misalnya, tatanan disiplin dalam militer; jelas bahwa para
perwira yang mengendalikan tentara telah menetapkan tatanan ini. Sungguh absurd
kalau kita berasumsi semua individu dalam pasukan berkumpul dengan sendirinya
dan mengorganisasi diri sendiri, lalu berkelompok menurut pangkat dan mulai
bertindak sesuai pangkatnya. Lebih jauh lagi, perwira yang telah menetapkan
tatanan ini harus terus melakukan inspeksi agar tatanan ini dapat bertahan
tanpa masalah. Kalau tidak, pasukan yang diserahkan kepada prajurit saja akan
berubah menjadi kumpulan yang kacau, sedisiplin apa pun pada mulanya.
Semut-semut satu
koloni yang berasal dari kasta yang berbeda juga memiliki tampilan fisik yang
berbeda. Setiap semut memiliki bangun fisik yang sesuai dengan tugasnya.
Semut juga memiliki disiplin yang sangat mirip dengan
disiplin militer. Namun, aspek yang penting adalah tidak ada
"perwira", atau administrator yang mengorganisasi, di mana pun juga.
Berbagai sistem kasta dalam koloni semut menjalankan tugas mereka secara
sempurna, meskipun tanpa "kekuatan pusat" yang terlihat mengawasi
mereka.
Lalu, penjelasan satu-satunya adalah bahwa kehendak pusat
ini merupakan kehendak yang "tak tampak". Ilham yang disebut dalam Al
Quran dalam pernyataan "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah" (Surat
An-Nahl: 68) adalah kekuatan yang tak tampak ini.
Kehendak ini telah menyempurnakan perencanaan yang begitu
dahsyat - yang menakjubkan manusia saat mencoba menganalisisnya. Ketakjuban dan
kekaguman seperti ini juga telah diungkapkan oleh para peneliti dari waktu ke
waktu dalam berbagai bentuk. Kaum evolusionis, yang mengklaim bahwa sistem yang
sempurna ini telah berkembang akibat kebetulan, tidak mampu menjelaskan
perilaku pengorbanan yang merupakan pusat sistem ini. Sebuah artikel mengenai
topik ini dalam Jurnal Bilim ve Teknik sekali lagi menunjukkan ketidakmampuan
tersebut:
Masalahnya adalah mengapa makhluk hidup suka
tolong-menolong. Menurut Teori Darwin, setiap makhluk hidup berjuang untuk
kelangsungan hidup dan perkembangbiakannya sendiri. Karena membantu makhluk
lain akan secara relatif mengurangi peluang kelangsungan makhluk hidup
tersebut, perilaku ini mestinya dilenyapkan oleh evolusi pada jangka panjang.
Namun, telah terbukti bahwa makhluk hidup rela untuk berkorban.
Cara klasik untuk menjelaskan fakta pengorbanan ini adalah
koloni yang terbentuk dari individu-individu yang mau berkorban demi
kepentingan kelompok atau genus akan lebih sukses dalam evolusi daripada koloni
yang terbentuk dari individu-individu yang egois. Namun, hal yang tidak
dijelaskan dalam teori ini adalah bagaimana masyarakat yang mau berkorban ini dapat
mempertahankan ciri tersebut. Suatu individu egois yang mungkin muncul dalam
masyarakat itu mestinya akan meneruskan ciri egoisnya kepada generasi berikut,
karena dia tak akan mengorbankan dirinya. Hal samar lainnya adalah bahwa jika
evolusi terjadi pada tingkat masyarakat, sebesar apa semestinya masyarakat itu?
Apakah masyarakat itu berupa keluarga, kelompok, genus, atau kelas? Bahkan jika
evolusi terjadi bersamaan pada lebih dari satu tingkat, apa yang akan terjadi
jika kepentingan antartingkat ini bertentangan?3
Seperti yang kita lihat, mustahil menjelaskan rasa
pengorbanan pada makhluk hidup dan sistem sosial yang berdasarkan padanya
dengan teori evolusi, yakni dengan berasumsi bahwa makhluk hidup telah muncul
akibat kebetulan.
Mungkinkah Semut Menjadi Penjaga Pintu?
Saat menganalisis detail sistem dalam koloni semut, kita
merasakan kekuatan kehendak tak tampak itu, yang menetapkan dan mengatur sistem
ini, secara lebih konkret. Marilah kita lihat detail-detail ini.
Biasanya hubungan sarang semut dengan dunia luar adalah
melalui lubang kecil yang hanya cukup untuk seekor semut. Melewati lubang ini
perlu "izin". Dalam koloni ada sejumlah kecil semut yang
"bertugas sebagai penjaga pintu".
"Penjaga pintu" bertugas menjadi sumbat-hidup
dengan bentuk kepalanya yang pas dengan lubang masuk. Lebih lanjut, warna dan
desain kepalanya sama dengan warna kulit pohon di lingkungan sekitar. Penjaga
pintu berjam-jam duduk di lubang masuk dan hanya memperbolehkan masuk
semut-semut yang terdeteksi termasuk koloninya sendiri.4
Ini berarti gagasan memiliki penjaga pintu untuk menjaga
bangunan telah dipraktikkan oleh semut penjaga pintu, sebelum manusia. Semut
ini menutupi lubang masuk dengan bagian terkuat tubuhnya, menyamarkan dirinya,
dan melarang masuk semut yang tidak mengucapkan "kata kunci" yang
benar.
Jelas sekali kenyataan bahwa kepala semut penjaga tadi pas
dengan lubang, warna dan polanya sesuai dengan lingkungan, dan ia menolak masuk
siapa pun yang tidak ia kenal, tak mungkin dilakukan atas kemauannya sendiri.
Jelas ada "tokoh intelektual" yang mendesain tubuh semut dalam bentuk
ini dan mengilhamkan tugas yang dilakukan semut tersebut. Mengatakan bahwa
semut dapat memikirkan sendiri tugas ini dan bekerja sebagai penjaga pintu
tanpa kehilangan ke-sabaran dan tanpa menyerah, jelas bukan penjelasan yang
masuk akal.
Mari kita pikirkan: Mengapa seekor semut mau menjadi penjaga
pintu? Jika boleh memilih, untuk apa ia mengambil tugas yang paling merepotkan
dan memerlukan pengorbanan terbesar itu? Jika boleh memilih, tentu ia akan
mengambil pekerjaan yang akan memberinya lingkungan ternyaman dan pelayanan
terbaik. Sebenarnya, pilihan ini terjadi dengan ketetapan Allah. Dan semut
penjaga pintu melaksanakan tugasnya dengan penuh ketaatan. Hanya sang pencipta
semut yang mungkin telah mendesain kehidupan koloni yang demikian sempurna,
untuk menunjukkan sisi seni-Nya yang menakjubkan dan telah memberi tugas-tugas
khusus kepada koloni semut yang hidup dengan sistem ini.
Menurut teori evolusi, semut mestinya berkembang dalam
setiap segi dan mereka mestinya mencoba memasuki kasta yang memberi mereka
hidup yang lebih nyaman. Akan tetapi, semut penjaga pintu tidak berupaya ke
arah ini, sebaliknya melaksanakan tugas yang diilhamkan itu tanpa salah
sepanjang seluruh hidup mereka.
Semut Ahli
Organisasi, spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu, dan
komunikasi dalam dunia semut hampir sama canggihnya dengan yang dimiliki
manusia. Sedemikian canggihnya sistem itu, sehingga manusia kini memola sistem
mereka menuruti sistem harmonis tersebut. Hal ini diuraikan dalam kutipan
berikut:
Ahli komputer masa kini mencoba mereproduksi bentuk-bentuk
perilaku kolektif semut pada robot di laboratorium. Alih-alih berfokus pada
program yang sangat maju, mereka malah berkonsentrasi pada robot-robot yang
bekerja sama berdasarkan unsur-unsur informasi "sederhana". Prinsip
dasarnya sama. Alih-alih membuat sebuah robot yang sangat canggih, mereka malah
mengembangkan sekelompok robot yang tidak begitu "cerdas", tetapi
menjalankan tugas yang sangat "rumit" seperti yang dilakukan semut
dalam koloninya.… Robot-robot ini tidak canggih dalam hal
"kecerdasan" jika dinilai satu per satu, tetapi mereka akan mencapai
pembagian kerja melalui motivasi tindakan kolektif. Ini dimungkinkan karena
mereka memiliki kemampuan untuk bertukar informasi sederhana. Hidup dan kerja
sama dalam koloni semut juga telah mempengaruhi NASA…. Organisasi ini berencana
mengirimkan banyak "robot semut" untuk penelitian di planet Mars
alih-alih satu robot canggih. Jadi, sekalipun sebagian robot ini rusak, anggota
regu yang tersisa akan mampu merampungkan tugas mereka.5
Sekarang mari kita lihat contoh yang menarik dari dunia
"semut ahli".
Bagaimana Hidup Berkelompok Mempengaruhi Semut?
Contoh kerja sama antara semut yang paling jelas adalah
dalam perilaku spesies semut pekerja yang disebut Lasius emarginatus. Individu
spesies ini memiliki afiliasi yang menarik satu sama lain. Kegiatan sekelompok
empat semut pekerja yang bekerja dengan tanah ini terus berlanjut saat mereka
terpisah dari kelompok yang besar. Namun, jika ada benda, seperti gelas atau
batu, di antara mereka yang mencegah mereka saling melihat, kecepatan kerja
mereka melambat.
Semut adalah makhluk yang dapat hidup hanya dengan
berkelompok. Mereka tak dapat bertahan hidup sendirian.
Contoh lain adalah ketika semut api terpisah dari
kelompoknya oleh rintangan tipis, mereka mencoba mencapai anggota lain
koloninya dengan menusuk penghalang ini.
Terjadi banyak variasi pada perilaku semut ketika jumlah
individu dalam kelompok berubah. Ketika jumlah semut dalam sarang meningkat,
teramati bahwa kegiatan setiap individu secara proporsional juga meningkat.
Begitu semut pekerja berkelompok, mereka berkumpul, menjadi tenang, dan
menghabiskan lebih sedikit energi. Telah ditemukan bahwa dalam sebagian spesies
semut, begitu populasi meningkat, jumlah oksigen yang digunakan menurun.
Semua contoh ini menunjukkan bahwa semut tak dapat bertahan
hidup sendirian. Makhluk kecil ini telah diciptakan dengan ciri-ciri yang
memungkinkan mereka hidup hanya dalam kelompok atau malahan nanya dalam koloni.
Dan ini membuktikan betapa klaim-klaim evolusionis mengenai proses
bersosialisasi semut bertentangan dengan realitas. Sungguh mustahil semut-semut
tersebut hidup sendirian ketika pertama kali diciptakan, lalu bersosialisasi
dan membentuk koloni. Seekor semut yang menghadapi lingkungan seperti itu
mustahil bisa bertahan hidup. Ia harus berkembang biak, membangun sarang untuk
dirinya dan larvanya, mencari makan untuk diri dan keluarganya, menjadi penjaga
pintu, men-jadi prajurit, dan juga pekerja yang merawat larvanya…. Kita tak
bisa mengklaim bahwa di zaman dulu semua pekerjaan yang memerlukan pembagian
tugas yang ekstensif ini dapat dilaksanakan oleh seekor semut saja atau bahkan
beberapa ekor semut. Selanjutnya, mustahil dibayangkan bahwa mereka berupaya
menuju sosialisasi sembari melaksanakan berbagai tugas sehari-hari ini.
Kesimpulan dari semua ini: Semut adalah makhluk yang hidup
dalam sistem sosial dan berkelompok sejak hari mereka pertama diciptakan. Semua
ini juga membuktikan bahwa semut muncul pada satu saat dengan segala ciri-ciri
lengkapnya. Dengan kata lain, mereka telah "diciptakan".
Markas Ideal
Mari kita luaskan sedikit contoh pasukan yang disampaikan
sebelum-nya. Bayangkan Anda tiba di markas tentara yang luar biasa besar,
tetapi sangat teratur. Tampaknya Anda tidak dapat masuk karena petugas keamanan
di gerbang tidak mengizinkan masuk orang yang tidak dikenal. Bangunan tersebut
dilindungi oleh sistem keamanan yang diawasi ketat.
Sekarang, misalkan saja Anda berhasil masuk. Di dalam,
berbagai kegiatan sistematis dan dinamis akan memesona Anda, karena ribuan
prajurit sedang melaksanakan tugas mereka dengan teramat tertib. Saat Anda
meyelidiki rahasia keteraturan ini, tampak bahwa bangunan itu telah dirancang
dalam bentuk yang sepenuhnya cocok bagi penghuninya untuk bekerja. Ada
departemen khusus untuk setiap tugas dan semuanya dirancang supaya prajurit
dapat bekerja se-mudah mungkin. Misalnya, bangunan ini memiliki lantai-lantai
di bawah tanah, tetapi departemen yang memerlukan energi matahari lokasinya
memperoleh sinar matahari dengan sudut sebesar mungkin. Dan
departemen-departemen yang harus senantiasa saling berhubungan dibangun sangat
berdekatan sehingga memudahkan akses. Gudang-gudang penyimpan kelebihan bahan
juga dirancang sebagai departemen terpisah di satu sisi bangunan. Lokasi
gudang-gudang penyimpanan itu nyaman serta mudah diakses. Dan tepat di tengah
bangunan terdapat ruang luas di mana semua orang dapat berkumpul.
Keunikan markas tersebut bukan hanya itu. Meski luas,
bangunan ini dipanaskan secara seragam. Suhu tetap konstan sepanjang hari
berkat sistem pemanas sentral yang sangat canggih. Penyebab lainnya adalah
sekat luar yang sangat efektif melawan segala kondisi cuaca.
Jika ditanya bagaimana dan oleh siapa markas semacam ini
dirancang, semua orang akan menjawab bahwa markas ini dirancang dengan
teknologi tinggi oleh kerja tim profesional. Bangunan markas seperti ini hanya
bisa dibangun oleh mereka yang memiliki tingkat pendidikan, budaya, kecerdasan,
dan logika tertentu.
Namun, bangunan markas ini sebenarnya adalah sebuah sarang
semut. (lihat halaman sebelah)
Menghimpun informasi yang diperlukan untuk membangun markas
semacam ini memakan sebagian besar usia manusia. Namun, seekor semut yang baru
menetas dari telur sudah tahu tugasnya saat itu juga dan mulai bekerja tanpa
membuang waktu. Ini menunjukkan bahwa semut memiliki informasi tersebut sebelum
ia lahir. Semua informasi tersebut diilhamkan dalam diri semut pada saat
penciptaannya oleh Allah Yang Maha Kuasa yang menciptakan mereka.
Organisasi Diri pada Semut
Dalam gambar di samping terlihat kota bawah tanah yang
dibangun semut dalam akar sebatang pohon. Lambat laun akar pohon tersebut rusak
dan pohonnya tumbang, menyingkapkan kota rahasia ini.
Dalam dunia semut tak ada pemimpin, perencanaan, atau
pemrograman. Dan yang terpenting adalah bahwa tak ada rantai komando, seperti
sudah disebutkan terdahulu. Tugas-tugas terumit dalam masyarakat ini terlaksana
tanpa tertunda karena adanya organisasi diri yang sangat canggih. Misalkan
contoh berikut ini:
Bila koloni mengalami paceklik, semut pekerja segera berubah
menjadi semut "pemberi makan" dan mulai memberi makan sesamanya
dengan partikel makanan dalam perut cadangannya. Bila koloni kelebihan makanan,
mereka melepaskan identitas ini dan kembali menjadi semut pekerja.
Pengorbanan yang ditunjukkan ini benar-benar pengorbanan
tingkat tinggi. Sementara manusia belum berhasil memerangi kelaparan di dunia,
semut telah menemukan penyelesaian praktis untuk masalah ini: berbagi
segalanya, termasuk makanan. Ya, inilah contoh pengorbanan nyata. Memberi
segala miliknya termasuk makanan, tanpa ragu, agar semut lain tetap hidup,
hanyalah salah satu contoh pengorbanan di alam yang tak mampu dijelaskan teori
evolusi.
Bagi semut tidak ada masalah kepadatan penduduk. Sementara
kota-kota besar milik manusia saat ini menjadi sulit ditinggali akibat migrasi,
ketiadaan infrastruktur, salah alokasi sumber daya dan pengangguran, semut dapat
mengelola kota bawah tanah mereka, yang berpopulasi 50 juta ekor, dengan
keteraturan luar biasa tanpa merasa kurang sesuatu apa. Setiap semut mampu
cepat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Agar hal
seperti ini bisa terjadi, semut tentu telah diprogram secara fisik dan
psikologis.
Agar sistem yang sangat terorganisasi ini muncul, mesti ada
"kehendak utama" yang mengilhami mereka mengerjakan tugas dan
memerintah mereka . Kalau tidak, pasti terjadi kekacauan besar, bukan ketertiban.
Dan kehendak utama ini adalah milik Allah, yang memiliki segala sesuatu, yang
Maha Kuasa, yang mengarahkan semua makhluk hidup dan memerintah mereka melalui
ilham.
1. Sistem pertahanan
udara: Saat musuh terbesar semut, yakni burung, mendekati sarang, sebagian
prajurit mengarahkan perut mereka ke atas di lubang sarang dan menyemprotkan
asam ke arah burung.
2. Rumah kaca: Dalam ruangan yang menghadap ke selatan ini,
telur dari semut ratu matang. Suhu ruangan ini tetap pada 38OC.
3. Pintu masuk dan pintu samping: Pintu-pintu masuk ini
dijaga semut penjaga pintu. Pada saat bahaya, mereka menutup pintu dengan
kepala mereka yang rata. Kalau ingin masuk melalui pintu, penghuni lain koloni
mengetuk kepala semut penjaga pintu dengan antena dalam irama khusus, dan semut
penjaga pintu pun membuka pintu. Jika mereka lupa irama ini, penjaga langsung
membunuh mereka.
4. Ruang siap pakai: Jika menemukan sarang lama saat
membangun sarang, semut juga menggunakan ruangan sarang tua yang masih bertahan
bentuknya. Jadi, mereka menghemat banyak waktu dalam merampungkan struktur
sarang.
5. Makam penyimpanan: Dalam ruangan ini semut menaruh
bangkai semut dan gabah tak termakan yang mereka kumpulkan .
6. Ruang penjaga: Semut prajurit berada di sini dalam
keadaan siaga sepanjang hari. Kalau merasakan bahaya sedikit saja, mereka
segera bertindak.
7. Sekat luar: Sekat ini, terbuat dari potongan cabang dan
ranting, melindungi sarang melawan panas, dingin, dan hujan. Berkurang atau
tidaknya lapisan sekat ini senantiasa diawasi semut pekerja.
8. Ruang perawatan: Semut perawat menghasilkan cairan manis
dari perutnya. Semut pengasuh menusuk perutnya dengan antena dan memanfaatkan
cairan ini.
9. Gudang daging: Serangga, lalat, jangkrik, dan semut musuh
disimpan dalam gudang ini setelah dibunuh.
10. Gudang gandum: Semut penggiling membawa butir besar
gandum dalam bentuk tablet kecil ke sini, dan memanfaatkannya sebagai roti di
musim dingin.
11. Perawatan larva: Semut perawat menggunakan air liurnya,
yang bersifat antibiotik, untuk melindungi semut bayi dari penyakit.
12.Ruang musim dingin: Semut yang sedang hibernasi, mulai
awal November dan bangun pada bulan Mei, melewatkan musim dingin yang panjang
di sini. Saat bangun, mereka membersihkan ruangan ini sebagai tugas pertama.
13.Departemen pemanas sentral: Mencampur potongan daun dan
ranting di sini menghasilkan panas tertentu. Ini menjaga suhu sarang antara 20o
dan 30o C.
14.Ruang pengeraman: Telur ibu ratu disimpan di ruangan ini
sesuai dengan urutan ditelurkan. Lalu, jika tiba saatnya, telur diambil dari
sini dan dibawa ke rumah kaca.
15.Ruang bangsawan: Ibu ratu menelurkan telurnya di sini.
Asisten yang terus memberinya makan dan membersihkan ruang ini tinggal
bersamanya .6
Kenyataan bahwa semut terus-menerus berjuang tanpa
memikirkan keuntungan, adalah bukti bahwa mereka bertindak atas ilham sesosok
"perwira". Ayat di bawah sepenuhnya menegaskan bahwa Allah adalah
penguasa dan pengawas segala sesuatu dan bahwa setiap makhluk hidup bertindak
atas ilham-Nya:
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan
Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang
ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. (Surat Hud: 56)
<< kembali lanjut >>
No comments:
Post a Comment
ini komentar