Kelahiran 'Isa bnu Maryam, Isyarat Menurut Injil dan Al Quran
Tentulah tulisan ini tidak akan membahas arti kelahiran itu, karena itu
bukanlah kompetensi kita untuk membahasnya. Yang akan dibahas hanya perkara
bilakah 'Isa ibnu Maryam dilahirkan. Pada tanggal 25 Desember ummat Nashrani di
seluruh dunia, kecuali golongan Russian Ortodox Church (Katholik Yunani),
merayakan Hari Natal (kelahiran) Yesus Kristus yang ke 1992. Apakah betul 'Isa
ibnu Maryam lahir pada tanggal 25 Desember dan tepat 1992 tahun lalu? Di dalam
Injil hal itu tidak tercantum. Yang kita ketahui hanya ini, dari Injil Lukas bab
2:1-7: "Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh
mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali
diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua
orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf
pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem,
karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud supaya didaftarkan
bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di
situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan sorang anak
laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan
dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah
penginapan."
Jadi, 'Isa ibnu Maryam menurut Injil dilahirkan sewaktu bangsa Yahudi
dijajah oleh imperium Romawi di bawah Kaisar Augustus yang memerintah dari tahun
30 sebelum Masehi sampai tahun 14 sesudah Masehi (untuk selanjutnya akan
dituliskan Miladiyah, artinya natal). Sudah pasti 'Isa bnu Maryam lahir sebelum
Herodes Agung mati (tahun 4 sebelum Miladiyah), jadi sekitar tahun 8 - 6 sebelum
tarikh Kristen yang ditentukan oleh Dionisius Exiguus dalam abad VI. Perhitungan
Dionisius mengenai Tarikh Kristen dihitung salah. Meskipun perhitungan Dionisius
itu meleset, namun itulah yang diambil sebagai Tarikh Kristen yang resmi
diterima di seluruh dunia seperti yang orang pakai sekarang ini. Telanjur
dipakai sebelum diteliti secara mendalam sejarah imperium Romawi.
Demikian pula mengenai tanggal 25 Desember, itupun tidak disebutkan dalam
Injil. Sesungguhnya tanggal 25 Desember itu adalah hari lahirnya dewa Mithras,
hari munculnya dewa Matahari. Ini diambil alih dari kebiasaan di Barat dalam
merayakan "munculnya matahari" yang selalu mereka rayakan sebelum mereka memeluk
agama Nashrani. Setelah mereka memeluk agama Nashrani pesta itu dimurnikan
maknanya menjadi tanggal untuk memperingati lahirnya "Sang Matahari" yaitu Yesus
Kristus yang datang ke dunia ini sebagai "Terang Dunia" seperti dikatakan Injil
Yohanes 1:1-18.
Dari
uraian di atas itu jelas bagi kita bahwa tahun kelahiran 'Isa bnu Maryam adalah
tahun 8 - 6 lebih dahulu dari tahun menurut sistem kalender Miladiyah. Yaitu
seperti yang diisyaratkan dalam Injil karangan Lukas, pada waktu Kaisar Augustus
memerintahkan sensus penduduk untuk kepentingan pemungutan pajak. Demikian pula
mengenai tanggal kelahiran 'Isa bnu Maryam bukanlah pada 25 Desember, karena
sesungguhnya tanggal 25 Desember itu adalah hari lahirnya dewa Mithras yang
diyakini masyarakat barat sebelum beragama Nashrani. (Tentang nama dewa Mithras,
atau dewa Matahari yang dipuja oleh bangsa Eropah sekeliling Laut Tengah dan
juga dipuja oleh bangsa Parsi dalam nama yang sama, perlu diadakan penelitian
apakah ada hubungannya atau hanya kebetulan dengan kemiripan nama dewa
Amiterasu, dewa Matahari yang dipuja oleh bangsa Jepang). Bahkan dalam Injil
diisyaratkan 'Isa bnu Maryam tidaklah dilahirkan dalam musim dingin. Yaitu
tatkala 'Isa bnu Maryam dilahirkan, para gembala sementara menjaga kawanan
ternaknya pada malam hari. Seperti diketahui dalam ilmu bumi-alam, tanggal 25
Desember adalah pertengahan musim dingin. Tatkala itu matahari mulai bergeser ke
utara setelah selama musim dingin itu bergeser ke selatan pada garis ekliptika
di bola langit. Mana ada gembala yang berani menggembalakan ternaknya di malam
hari, di udara luar yang terbuka, dalam pertengahan musim dingin. Boleh dilihat
di peta bahwa Galilea sampai Judea terletak di sebelah utara garis Tropic of
Cancer, yaitu daerah yang mempunyai 4 musim: dingin, semi, panas,
gugur.
Bahwa kelahiran 'Isa bnu Maryam bukan dalam musim dingin, ada
diisyaratkan dalam Al Quran. Adapun Al Quran dalam S. Maryam mengisyaratkan
bahwa 'Isa bnu Maryam dilahirkan ketika musimnya buah kurma sedang ranum di
pohonnya. Menurut Al Quran Malaikat Jibril dua kali mendatangi Maryam.
Kedatangannya yang pertama dalam wujud manusia, ketika Jibril menginformasikan
kepada Maryam akan melahirkan seorang anak laki-laki yang suci, (S. Maryam
19).
Dengan kekuasaan Allah anak itu dikandung Maryam, tanpa prolog proses
biologik, jadi tanpa ayah. Itulah sebabnya dalam Al Quran disebut 'Isa bnu
Maryam, Isa Putera Maryam. Penekanan dalam S.Maryam 19 itu dengan ghulaman
zakiyyan, anak laki-laki yang suci, untuk menangkis tuduhan menghujat masyarakat
Yahudi tentang hal kelahiran 'Isa bnu Maryam tanpa ayah. Adapun kedatangan
Jibril untuk kedua kalinya kepada Maryam, bukan dalam wujud manusia, melainkan
hanya suaranya saja yang kedengaran oleh Maryam, pada waktu Maryam baru saja
melahirkan. Fahamaltahu fantadzabat bihi makanan qashiyyan, (S.Maryam 22). Maka
ia (Maryam) mengandungnya (Isa), lalu ia pergi dengan kandungannya itu ke tempat
yang jauh. Wa huzzi ilayki bijiz'i nnakhlati tusaqith 'alayki ruthaban janiyyan,
(S.Maryam 25). (Maka kata Jibril): Dan goncanglah batang kurma itu, nanti (dari
pohon itu) berguguran atasmu kurma yang ranum.
Jadi
kesimpulannya, 'Isa bnu Maryam dilahirkan pada waktu sensus penduduk di imperium
Romawi seperti yang diisyaratkan oleh Injil, yaitu 8 - 6 tahun lebih dahulu dari
sistem penanggalan Miladiyah. Artinya pada tahun pertama penanggalan Miladiyah
'Isa bnu Maryam telah berumur 6 - 8 tahun. Dan bahwa 'Isa bnu Maryam tidak
dilahirkan dalam musim dingin, pada 25 Desember, melainkan pada waktu gembala
mampu menggembalakan ternaknya di malam hari, seperti juga yang diisyaratkan
oleh Injil. Yaitu pada waktu pohon kurma sedang ranum buahnya, seperti yang
diisyaratkan oleh Al Quran. Walhasil informasi dari Injil dengan informasi dari
Al Quran saling mengisi, dalam hal bilakah 'Isa bnu Maryam dilahirkan, baik
bulan maupun tahunnya. WaLlahu a'lamu bishshawab.
PAGANISM, THE CULT OF SUN-WORSHIP
by H.Muh.Nur Abdurrahman
Sun+day is the day to worship the Sun-God. Worship of the sun formed a
most popular type of religion for the backward races of mankind. This grand and
majestic luminary (the ancient Egyptians called it Ra) appears to a nascent,
half-cultured mind as a source of life and the Lord of Light, and the various
phases through which it has to pass provide him occasions for
giving
expression to his inborn instincs of fear and hope and for celebrating festivals accordingly.
expression to his inborn instincs of fear and hope and for celebrating festivals accordingly.
The
sun begins to decline (in northern hemisphere) after the automnal equinox, and
its decline reaches the last stage at the approach of the winter solstice, after
which it again begins to increase in its light and warmth and ascends the
horizon as if re-born in the underworld. This progress continues till the vernal
equinox approaches, when days become of equal length with nights, and progress
seems to be impeded. But the "crisis" is soon overcome; days becomes longer than
night, meaning a final victory of the lord of light over the prince of
darkness.
Thus
among all Sun-worshipping communities, the autumnal equinox became an occation
of fear and grief, because of the belief that their deity had fallen into
clutches of the demon of darkness. On the other hand, the winter solstice and
vernal equinox (the corresponding festivals in christendom are Christmas and
Easter) became the day of the "birth" of the Sun-God and the second day of his
"triumph" over the Prince of Darkness.
LEGEND OF THE MEDITERRANIAN SUN-GOD
Sun-worship was, at the time of the appearance of Jesus, the
universally-prevelent religion of the Roman Empire, though the names given to
the Sun-God in different countries were different. The well known Sun-Gods,
whose worship had been popular in the Mediterranian countries at one time or the
other, are: Attis of Phygia, Adonis of Syria, Dionysius or Bacchus of Greece,
Bel of Babylon, Horus of Egypt, Mithras or Mithra of Persia. Brief sketches of
the legends of these Sun-Gods will reveal the sources of the Christian
legend.
Attis
He was regarded as "the only begotten Son "and Saviour". He was bled to death on March 24th at the foot of a pine-tree and his votaries believed that his blood had renewed the fertility of the earth, and thus brought a new life to humanity. He, however, rose from the dead, and his resurrection along with his death was celebrated by his votaries. Every year on the 24th day of march, they would first fasten his image to a pine-tree and then lay it in a tomb with wailing and mourning. On the next day they would find the tomb empty and celebrate the resurrection with the great rejoicing. Sacramental meal and baptism of blood was special feature of the festival of his cult.
He was regarded as "the only begotten Son "and Saviour". He was bled to death on March 24th at the foot of a pine-tree and his votaries believed that his blood had renewed the fertility of the earth, and thus brought a new life to humanity. He, however, rose from the dead, and his resurrection along with his death was celebrated by his votaries. Every year on the 24th day of march, they would first fasten his image to a pine-tree and then lay it in a tomb with wailing and mourning. On the next day they would find the tomb empty and celebrate the resurrection with the great rejoicing. Sacramental meal and baptism of blood was special feature of the festival of his cult.
Adonis or Tammuz
He was the "Saviour" of Syria. He suffered death for redemption of mankind, but rose again in the spring. His resurrection was commemorated by agreat annual festival. The old testament refers to the weeping and wailing of women over Tammuz (Ezekiel,viii,14). His votaries called him the "crucified" Tao (divine love personified, vide: Mythology of the Aryan Nations, vol.ii.p.113). Tammuz belonged to that class of idols which originally design to represent the Promised Saviour.
He was the "Saviour" of Syria. He suffered death for redemption of mankind, but rose again in the spring. His resurrection was commemorated by agreat annual festival. The old testament refers to the weeping and wailing of women over Tammuz (Ezekiel,viii,14). His votaries called him the "crucified" Tao (divine love personified, vide: Mythology of the Aryan Nations, vol.ii.p.113). Tammuz belonged to that class of idols which originally design to represent the Promised Saviour.
Dionysius or Bacchus
He was the "only begotten Son" of Jupiter (Zupitri = god the father) and was born on December 25th. He was a redeemer, liberator and saviour. "It is I," so says bacchus to mankind, "who guide you; it is I who protect you, and who save you; I am alpha and omega", vide: anacalypsis, vol.i.p.302. Wine had an important place in the festival of his cult. He was slain for redeeming humanity and was called "the Slain One", "the Sin Bearer", the Redeemer. His passion play was celebrated every year representing his death and resurrection.
He was the "only begotten Son" of Jupiter (Zupitri = god the father) and was born on December 25th. He was a redeemer, liberator and saviour. "It is I," so says bacchus to mankind, "who guide you; it is I who protect you, and who save you; I am alpha and omega", vide: anacalypsis, vol.i.p.302. Wine had an important place in the festival of his cult. He was slain for redeeming humanity and was called "the Slain One", "the Sin Bearer", the Redeemer. His passion play was celebrated every year representing his death and resurrection.
Bel
or Ba'al
He was the Sun-God of Babylon and the history of his life is extremely astonishing in so far as his passion play has a very close resemblance with the Christian passion story even in details.
Modern arhaelogical researches have brought to light some very bewildering facts which go to prove that Babilonian mithology played an important role in the early stages of Christianity. In 1903-4, the german exavators at kala shergat, the site of ancient assur, discovered two cuneiform documents. When deciphered, they were found to contain the narrative of passion play of ba'al. An english journal, the Quest, London, January 1922 published its translation. These are some of them:
1. Ba'al is taken prisoner
1. Jesus is taken prisoner
2. Ba'al is tried in the house on the hall of justice
2. Jesus is tried of the high priest and the hall of pilate
3. Ba'al is smitten
3. Jesus is scourged
4. Ba'al is led away to the mount
4. Jesus is led away to Golgotha
------
11 a goddes sits with ba'al; she comes to tend him
11 Mary Magdalene and the other Mary sit before the tomb
------
13 Ba'al again brought back to life; he comes again out of the mount
13 Jesus' restoration to life, his rising from the grave
14 his chief feast in March at the spring equinox, is celebrated also as his triumph over the
powers of darkness
14 his festival approximately at the spring equinox ia also celebrated as his triumph over
the powers of darkness
Horus
Horus of Egypt was born on december 29th. He was slain, but came again to life after two or three days and three nights. Belief in the God-Man in the form of horus became the chief element in Egyptian religion, and remained for thousands of years the faith of the people through the tangled skein of religious life in Egypt until Horus passed into the form of the God-Man
Jesus Christ.
Mithras or Mithra
He was the Sun-God of the Persians, the perfect prototype of Jesus Christ in which Christmas and Easter were two most inportant festivals. This Divine Saviour's first worshippers were shepherd; and the day of his nativity was December 25th, His followers had seven sacraments of which the most important were baptism, confirmation and eucharist supper, at which the communicants partook of the Divine Mithra under the species of bread and wine.
The story, however, does not end here. Modern scholars have unearthed a vast mass of evidence which proves beyond doubt that not only the life of Chiristian Jesus but the whole superstructure of Christianity as such has been built up on pagan foundation. As a matter of fact, Christianity, as it has existed since the transformation wrought by the Neo-Platonist Paul, is simply a continuation of pre-Christian paganism. WaLlahu a'lamu bisshawab
He was the Sun-God of Babylon and the history of his life is extremely astonishing in so far as his passion play has a very close resemblance with the Christian passion story even in details.
Modern arhaelogical researches have brought to light some very bewildering facts which go to prove that Babilonian mithology played an important role in the early stages of Christianity. In 1903-4, the german exavators at kala shergat, the site of ancient assur, discovered two cuneiform documents. When deciphered, they were found to contain the narrative of passion play of ba'al. An english journal, the Quest, London, January 1922 published its translation. These are some of them:
1. Ba'al is taken prisoner
1. Jesus is taken prisoner
2. Ba'al is tried in the house on the hall of justice
2. Jesus is tried of the high priest and the hall of pilate
3. Ba'al is smitten
3. Jesus is scourged
4. Ba'al is led away to the mount
4. Jesus is led away to Golgotha
------
11 a goddes sits with ba'al; she comes to tend him
11 Mary Magdalene and the other Mary sit before the tomb
------
13 Ba'al again brought back to life; he comes again out of the mount
13 Jesus' restoration to life, his rising from the grave
14 his chief feast in March at the spring equinox, is celebrated also as his triumph over the
powers of darkness
14 his festival approximately at the spring equinox ia also celebrated as his triumph over
the powers of darkness
Horus
Horus of Egypt was born on december 29th. He was slain, but came again to life after two or three days and three nights. Belief in the God-Man in the form of horus became the chief element in Egyptian religion, and remained for thousands of years the faith of the people through the tangled skein of religious life in Egypt until Horus passed into the form of the God-Man
Jesus Christ.
Mithras or Mithra
He was the Sun-God of the Persians, the perfect prototype of Jesus Christ in which Christmas and Easter were two most inportant festivals. This Divine Saviour's first worshippers were shepherd; and the day of his nativity was December 25th, His followers had seven sacraments of which the most important were baptism, confirmation and eucharist supper, at which the communicants partook of the Divine Mithra under the species of bread and wine.
The story, however, does not end here. Modern scholars have unearthed a vast mass of evidence which proves beyond doubt that not only the life of Chiristian Jesus but the whole superstructure of Christianity as such has been built up on pagan foundation. As a matter of fact, Christianity, as it has existed since the transformation wrought by the Neo-Platonist Paul, is simply a continuation of pre-Christian paganism. WaLlahu a'lamu bisshawab
062. Pahlawan, Pengkhianat dan Bajak Laut
Di
dalam sejarah tanah air khususnya dan sejarah dunia umumnya ketiga ungkapan yang
disebut dalam judul di atas sering muncul. Ambillah misalnya sebagai contoh I
Manindori, yang oleh Belanda dalam Geschidenis der Nederlands Indie disebutkan
bahwa Troenodjojo werd gesteund door de uitgedreven Macassarsche zee rovers,
Trunojoyo dibantu oleh bajak laut Makassar yang terdesak keluar dari sarangnya.
Nah siapakah itu yang dimaksud oleh Belanda dengan Macassarsche zee rovers itu?
Mereka itu adalah sisa-sisa Angkatan Laut Kerajaan Gowa yang dipimpin oleh I
Manindori, yang pernah menjabat kedudukan struktural sebagai Kepala Daerah
Galesong, sehingga bergelar Karaeng Galesong. Pada waktu terjadinya perang
melawan Kompeni Belanda, Karaeng Galesong sudah menjabat Panglima Angkatan Laut
Kerajaan Gowa. Karaeng Galesong tidak mau mengakui Perjanjian Perdamaian
Bungaya, lalu atas seizin Sulthan Hasanuddin, meninggalkan Kerajaan Gowa dengan
pengikutnya yang masih setia kepadanya, mencari daerah lain di mana saja untuk
meneruskan perjuangan melawan Belanda. Di Madura Karaeng Galesong diterima oleh
Troenojoyo bahkan diangkat menjadi menantunya. Jadi Karaeng Galesong menerapkan
salah satu cappaq dari tiga cappaq senjata orang Bugis Makassar. Ketiga cappaq
(ujung) itu yakni ujung lidah (diplomasi), ujung kemaluan (pernikahan) dan ujung
badik (peperangan).
Dalam buku sejarah yang resmi sebagai pegangan dalam sekolah-sekolah
Arung Palakka dijuluki pengkhianat karena minta bantuan Belanda untuk memerangi
Sultan Hasanuddin.
Dari
cuplikan sejarah yang di atas itu kelihatan bagaimana rancunya hasil penilaian
sejarah itu. Itu disebabkan karena dalam menilai itu perlu standar. Dan standar
itu tergantung dari kriteria yang dibuat oleh penilai. Dan biasanya penilai ini
sangat tergantung dari kondisi yang situasional. Dan inilah yang biasa terjadi
dalam sejarah.
Karaeng Galesong dinilai oleh Belanda dengan memakai standar yang
subyektif situasional. Karaeng Galesong tidak tunduk pada Perjanjian Bungaya.
Jadi kesatuannya bukanlah kesatuan yang sah sebagai angkatan laut suatu
kerajaan. Jadi ia dan pasukannya adalah bajak-bajak laut. Sekarang buku sejarah
yang dipakai di sekolah-sekolah bukan lagi Geschidenis der Nederlands
Indie,
melainkah Sejarah Nasional. Jadi standarnya tentu sudah berubah, kriteria yang dipakai dalam penilaian sudah berubah. Karaeng Galesong adalah seorang pejuang, seorang pahlawan.
melainkah Sejarah Nasional. Jadi standarnya tentu sudah berubah, kriteria yang dipakai dalam penilaian sudah berubah. Karaeng Galesong adalah seorang pejuang, seorang pahlawan.
Baik
Sultan Hasanuddin maupun Karaeng Galesong, keduanya mujur dalam sejarah.
Mengapa? Karena kita dijajah Belanda. Jadi standar penilaian yang memakai
kriteria Latoa maupun kriteria Lamuda tidak ada perbedaan. Baik dahulu maupun
sekarang keduanya adalah pejuang melawan penjajah Belanda. Namun Arung Palakka
bernasib tidak mujur dalam sejarah, karena standar penilaian yang Latoa tidak
sama dengan standar penilaian yang Lamuda. Menurut Latoa belum dikenal apa yang
disebut dengan nasionalisme Indonesia, karena paham nasionalisme itu baru ada
dalam buku Lamuda. Nah para ahli sejarah kita, atau menurut julukan yang
diberikan oleh A.Muis para tukang dongeng, tidak berlaku adil terhadap Arung
Palakka. Apa itu yang disebut adil? Menempatkan sesuatu pada tempatnya. Maka
peristiwa di zamannya Arung Palakka haruslah pula ditempatkan standar itu
menurut kriteria Latoa. Kalau standar penilaian Arung Palakka memakai kriteria
Lamuda itu namanya tidak menempatkan standar itu pada tempatnya, dan itu artinya
tidak adil. Artinya Arung Palakka harus dinilai menurut Latoa, yaitu belum ada
paham nasionalisme. Kerajaan-kerajaan di Nusantara adalah kerajaan yang merdeka
dan berdaulat masing-masing. Maka Arung Palakka adalah pahlawan Kerajaan
Bone.
Lalu
apakah Arung Palakka juga seorang pahlawan kemanusiaan? Tunggu dahulu, ini perlu
pembahasan, oleh karena kemanusiaan itu tidak mengenal perbedaan antara standar
yang Latoa ataupun yang Lamuda. Standar penilain yang dipakai untuk kemanusiaan
perlu standar yang tidak lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan. Yaitu
standar yang berlandaskan nilai mutlak, standar yang ditentukan oleh Allah SWT,
seperti FirmanNya dalam S. Al Hajj 39 dan 40:
Udzina lilladziena yuqatiluwna biannahum dzhulimuw wa inna Llaha 'ala
nashrihim laqadier. Alladziena ukhrijuw min diyarihim bi qhayri haqqin illa an
yaquwluwna rabbuna Llah, diizinkan berperang bagi mereka yang dizalimi dan
sesungguhnya Allah berkuasa memenangkan mereka. Yaitu mereka yang diusir dari
tanah airnya dengan tidak semena-mena, hanya karena mereka berkata Maha Pengatur
kami adalah Allah.
La
Maddaremmeng, Raja Bone ke-13, menerapkan Syari'at Islam dengan murni dan
konsekwen. La Maddaremmeng memakai prinsip Rabbuna Llah, Maha Pengaturku adalah
Allah, memakai aturan menurut Allah dalam kerajannya. Sebenarnya La Maddaremmeng
ini perlu diangkat dalam sejarah, bahwa ia mendahului gerakan Paderi di
Minangkabaw. La Maddaremmeng adalah Pahlawan Islam. Ia memberantas adat
kebiasaan yang bertentangan dengan Syari'at Islam seperti berjudi, menyabung
ayam, minum tuak. Yaitu sejalan yang dikemukakan oleh Taunta Salamaka kepada
Karaeng Pattingalloang. Kalau Tauanta Salamaka terpaksa meninggalkan Kerajaan
Gowa, maka Lamaddaremmeng bentrok dengan Kerajaan Gowa yang masih memelihara
tradisi yang bertentangan dengan Syari'at Islam itu. Bone kalah perang, sejumlah
rakyatnya ditawan, dikerahkan ke Gowa untuk kerja paksa, artinya diusir dari
tanah airnya dan dizalimi. Arung Palakka berperang untuk memberantas kezaliman
ini. Sampai sejauh ini Arung Palakka masih memenuhi kriteria pahlawan
kemanusiaan itu menurut standar Al Quran:
berperang melawan perlakuan terhadap rakyatnya yang zhulimuw, dizalimi, ukhrijuw min diyarihim, diusir dari tanah airnya untuk kerja paksa.
berperang melawan perlakuan terhadap rakyatnya yang zhulimuw, dizalimi, ukhrijuw min diyarihim, diusir dari tanah airnya untuk kerja paksa.
Nabi
bersabda: Qulilhaqqa walau kana murran, katakanlah kebenaran itu walaupun pahit.
Arung Palakka memerangi Pariaman, daerah asal Mara Rusli, pengarang roman Sitti
Nurbaya dan roman sejarah La Hami. Bukti sejarah bahwa Arung Palakka memerangi
dan mengalahkan Pariaman adalah payung atribut kerajaan itu masih ada sekarang
tersimpan di Bone. Sahabat saya mantan Kepala Kanwil Perhubungan Laut, almarhum
Drs Norman Razak pernah mengeluh pada saya, katanya: Wah, nenek moyang saya
diambil payung kebesarannya dibawa ke Bone setelah Arung Palakka mengalahkan
Pariaman.
Arung Palakka mempunyai hak kebebasan memilih mitranya dari kerajaan
manpun. Namun dengan memerangi Pariaman sebagai persyaratan untuk mendapatkan
bantuan dari bakal mitranya, yaitu Belanda, ia bertindak menzalimi sesama
manusia, yang dalam hal ini rakyat Pariaman. Dan inilah cacat Arung Palakka
untuk suatu gelar pahlawan kemanusiaan. WaLlahu a'lamu bishshawab.
***
Makassar, 3 Januari 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman]
063. Shalat, Kepemimpinan dan Kepengikutan
Saya
teringat sebuah peristiwa bertahun-tahun yang silam. Kejadiannya dalam bulan
Rajab. Allahu yarham H. AbdulGhani, imam tetap Masjid Syura waktu itu sedang
mengimami shalat Maghrib. Sementara membaca pangumpu' beliau diserang batuk.
Beliau lalu meningkir ke samping, lalu Drs Sulthan BM, yang sekarang menjadi
salah seorang imam tetap Masjid Syura maju ke depan melanjutkan mengimami shalat
Maghrib, bacaan pangumpu' disambung dan gerak shalat diteruskan. Allahu yarham
H. AbdulGhani keluar melalui pintu samping mihrab, kemudian setelah serangan
batuknya pulih ikut kembali shalat berjama'ah menjadi makmum dengan masbuk
dengan menempati shaf paling belakang.
Sekarang ini sudah masuk lagi bulan Rajab, itulah sebabnya saya teringat
akan peristiwa pergantian keimaman dalam shalat Maghrib di Masjid Syura
tersebut. Bahkan dalam bulan Rajab ada suatu peristiwa yang sangat penting yang
selalu diperingati oleh ummat Islam sedunia, peristiwa Isra' dan Mi'raj. Tulisan
ini akan membicarakan secuil dari sekian banyak segi dalam meresapi makna Isra'
dan Mi'raj itu. Akan dibatasi hanya dalam hal hasil yang dibawa pulang oleh
RasululLah SAW dari Mi'raj beliau, yaitu shalat. Itupun hanya menyangkut dengan
apa yang tertera dalam judul di atas, Kepemimpinan dan Kepengikutan.
Shalat adalah bahasa Al Quran, biasanya diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia dengan sembahyang, ataupun misalnya to pray, bidden dalam bahasa
Inggeris dan Belanda. Terjemahan-terjemahan itu tidaklah mencakup makna yang
sebenarnya. To pray dan bidden adalah berdoa, dan berdoa itu hanya merupakan
bagian dari shalat. Adapun terjemahan dengan sembahyang juga tidak kena. Bukan
karena semata-semata "yang" itu dari "hyang" maka terjemahan itu tidak kena,
melainkan lebih dari itu. Shalat esensinya bukan menyembah, melainkan berzikir,
mengingat, jadi juga bukan mengheningkan cipta. Maka sebaiknya shalat itu tidak
usah diterjemahkan. Dalam bahasa daerah Sunda tidak diterjemahkan, tetap
shalat.
Ajaran Islam tentang kepemimpinan dan kepengikutan dapat kita simak dari
shalat. Kepemimpinan dan kepengikutan tidak boleh lepas dari kodrat manusia
sebagai makhluk pribadi dan sosial. Perhatikanlah misalnya dalam shalat maghrib,
'isya, zhuhur, di mesjid. Setelah selesai shalat berjama'ah, bersama-sama shalat
diimami oleh imam, lalu masing-masing melanjutkan shalat sunnat. Atau
sebaliknya, sebelum shalat subuh, zhuhur dan 'ashar masing-masing secara
individual shalat sunnat, baru dilanjutkan dengan shalat berjama'ah. Kalau tadi
pada waktu shalat berjama'ah menggambarkan suatu jama'ah, komunitas, maka pada
waktu shalat sunnat menggambarkan suatu hal yang menunjukkan perorangan. Artinya
shalat berjama'ah diikuti oleh shalat sunnat, atau sebaliknya shalat sunnat
diikuti shalat berjama'ah, menggambarkan makhluk sosial dan makhluk
pribadi.
Seorang imam yang merasa tidak sanggup lagi memimpin shalat, dia minggir
secara "legowo", seperti yang dilakukan oleh Allahu yarham H.AbdulGhani. Dalam
konstruksi mesjid, pada bahagian mihrab harus ada pintu. Maksudnya pintu itu
antara lain khusus disediakan bagi imam untuk keluar masjid pergi beristirahat,
dan kalau masih sanggup shalat akan menjadi makmun. Inilah ajaran etika
dalam kepemimpinan dalam Islam, kalau sudah merasa tinggak sanggup lagi, akan
dengan ikhlas akan minggir. Ketidak sanggupan itu ada yang nampak, namun ada
yang tidak nampak. Semisal diserang batuk, itu adalah ketidak sanggupan yang
kelihatan. Kalau mengeluarkan angin, wudhuk akan batal, shalatpun akan batal.
Dan ini adalah ketidak bolehan memimpin shalat yang penyebabnya tidak
dapat dipantau oleh makmun. Jadi etika kepemimpian menurut Islam seorang
pemimpin akan dengan ikhlas menyingkir kalau sudah tidak sanggup atau tidak
pantas lagi menjadi pemimpin, apakah ketidak sanggupan atau ketidak pantasan itu
dapat dipantau atau tidak oleh para pengikutnya.
Seorang imam yang melakukan kesalahan, salah bacaannya atau salah
gerakannya wajib ditegur oleh makmun. Kalau yang menegur itu laki-laki ucapan
teguran itu adalah kalimah subhalLah, untuk gerakan yang salah, dan membacakan
bacaan yang benar untuk membenarkan bacaan imam. Dan kalau yang menegur itu
perempuan cukup dengan isyarat menepuk punggung tangan. Dan imam harus tunduk
pada teguran, memperbaiki bacaannya atau memperbaiki gerakannya. Adapun nilai
yang dapat disimak tentang kepemimpinan dan kepengikutan adalah seorang pengikut
wajib menegur pemimpinnya. Namun cara menegur adalah harus sopan, tidak boleh
brutal. Teguran dengan kalimah subhanalLah bermakna bahwa Allah Maha Suci, hanya
Allah yang luput dari kesalahan. Adapun manusia itu tidak akan sunyi dari
kesalahan. Pemimpin harus dengan ikhlas dan berlapang dada menerima teguran,
karena teguran itu adalah untuk memperbaiki, bukan untuk menjatuhkan.
Sebaliknya, seorang makmum tidak boleh mendahului imam. Sebelum komando
Allahu Akbar dikomandokan imam, makmum tidak boleh bergerak. Ini adalah ajaran
kepengikutan menurut Islam, ketaatan pengikut kepada pemimpinnya.
Demikianlah nilai-nilai yang dapat disimak dari shalat tentang hal
kepemimpinan dan kepengikutan, khususnya etika kepemimpian dan etika
kepengikutan dalam hal membina komuniksi yang baik dan terbuka antara pemimpin
dengan pengikut. WaLlahu a'lamu bishshawab.
***
Makassar, 10 Januari 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman]
064. Hak Sejarah, Test Case dan Nilai Ganda
Iraq
dalam personifikasi Saddam Husain tidak henti-hentinya menklaim Kuwait sebagai
bagian dari Iraq berdasarkan hak sejarah. Klaim Iraq atas Kuwait ini di samping
sebagai tuntutan utama juga dijadikan sebagai test case bagi DK-PBB yang
dimotori oleh Amerika Serikat dalam personifikasi George Bush. Yaitu apakah
dengan penyusupan berulang kali masuk daerah Kuwait oleh tentara jin dari Saddam
Husain, akan mendapat tanggapan George Bush yang menjelang akhir jabatannya
sebagai presiden Amerika Serikat. Apakah Bush berani bertindak menyerang Iraq
atau tidak. Dan ternyata test case yang berupa gertakan ini disambut Bush cs
dengan muntahan mesin perang.
Sebelum melanjutkan pembahasan akan diberikan selingan sedikit mengenai
ungkapan tentara jin itu. Adapun ungkapan ini saya pelajari dari guru saya
Allahu yarham DR S.Majidi. Beliau memberikan penafsiran tentara jin Nabi
Sulaiman AS tidak seperti penafsiran yang umum kita kenal. Ungkapan tentara jin
dalam Al Quran S. An Naml, 17 junuwduhu minaljinni, menurut beliau adalah
tentera yang sifatnya seperti jin, yaitu tidak kelihatan. Tentara jin Nabi
Sulaiman AS menurut beliau terdiri atas manusia biasa. Manusianya kelihatan,
tetapi tentaranya tidak kelihatan. Artinya identitasnya sebagai tentara
disamarkan, pasukan itu tidak berpakaian seragam. Beliau memberikan contoh
tentara Jenghis Khan yang menyusup ke daerah musuh yang akan ditaklukkannya.
Pasukan yang menyusup itu mempunyai dua tugas pokok. Pertama, mengadakan
sabotase dan kedua, menurunkan semangat perlawanan musuh dengan meniup-niupkan
isu tentang kehebatan tentara Mongolnya Jenghis Khan. Beliaupun menunjuk kepada
Pasukan Kolone ke-5 Hitler. Menurut beliau taktik itu bukanlah oisinel dari
Hitler ataupun Jenghis Khan, melainkan Nabi Sulaimanlah yang memulainya. Dan
itulah yang disebut dengan tentara jin.
Kembali kita kepada hak sejaah. Tuntutan wilayah kepada suatu negara
tertentu ataupun wilayah tertentu berdasarkan hak sejarah akan mengacaukan
dunia. Lihatlah contohnya Israel sekarang. Orang-orang Yahudi membentuk negara
Israel di tengah-tengah wilayah orang Arab berdasarkan hak sejarah, seperti yang
dalam Perjanjian Lama. Bahkan saya pernah membaca buku expansi Zionisme dalam
jangka panjang sampai-sampai menjangkau Madinah di bagaian selatan. Seperti
diketahui dahulu di Madinah bermukim orang-orang Yahudi yang diam dalam
benteng-benteng. Nah, kalau ini dapat dibenarkan, maka Malaysia dapat mengklaim
Singapura sekarang ini. Hubungan Malaysia dengan Pilipina pernah menjadi runyam,
karena ulah Pilipina menklaim Sabah, berdasarkan hak sejarah. Katanya Sabah
dahulu adalah bagaian dari Kerajaan Sulu yang sekarang bagaian dari Pilipina.
Nederland dapat menklaim Luxemburg dan lain sebagainya.
Saddam Husain tidak mengakui Negara Israel karena mencaplok wilayahnya
orang-orang Arab Palestina. Alasan hak sejarah orang-orang Yahudi berdasarkan
Perjanjian Lama ditolak oleh Saddam Husain. Mengapa? Karena Saddam Husain tidak
mengakui Negara Israel yang mencaplok wilayahnya orang-orang Arab Palestina,
atas dasar hak sejaah menuut Pejanjian Lama. Nah, inilah yang disebut nilai
ganda. Terhadap Israel Saddam menolak prinsip hak sejarah, sedangkan di lain
pihak Saddam menklaim Kuwait atas dasar hak sejarah. Nilai hak sejarah Israel
atas Palestina no, hak sejarah Iraq atas Kuwait yes.
Apakah cuma Saddam yang memakai nilai ganda ini? Tidak, bukan hanya
Saddam seorang. Lawan bebuyutnya juga demikain. DK-PBB dalam pesonifikasi Bush,
juga pakai nilai ganda. Pembangkangan Israel terhadap Resolusi Dewan Keamanan
bagi Bush yes, sedangkan pembangkangan Saddam Husain bagi Bush no. Dan buat
sementara sampai sejauh sekarang ini pelanggaran zone bebas terbang di Iraq no,
sedangkan di daerah Bosnia-Herzegoina yes. Baiklah kita tunggu saja bagaimana
DK-PBB dalam personifikasi Clinton tidak memakai nilai ganda ini dalam hal zone
bebas terbang baik di selatan dan utara Iraq maupun di
Bosnia-Herzegoina.
Titik kulminasi dari sikap nilai ganda ini disebut nifaq. Penyandangnya
disebut munafiq. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al Quran, S. Al
Baqarah, 14:
Wa
idza laqulwlazdiena amanuw qaluw amanna wa idza khalaw ila syayathienihim qaluw
innaa ma'akum innama nahnu mustahziuwn, apabila mereka itu di kalangan orang
beriman mereka berkata kami beriman, namun apabila mereka menghadapi setan-setan
(ketua mereka) berkatalah mereka itu sesungguhnya kami bersamamu, tadi kami
hanya berolok-olok saja. Inilah sikap nilai ganda yang paling puncak, inilah
titik kulminasi penilai ganda, yang disebut munafiq. Yang di titik kulminasi
nilai ganda itu bertujuan untuk cari selamat. Dan yang masih berada di bawah
titik kulminasi, artinya belum di puncak, katakanlah masih di lereng, semisal
Bush dan Saddam, nilai ganda itu bertujuan untuk kepentingan politik dan
kekuasaan. Ya, untuk mencari selamat, untuk kepentingan politik dan kekuasaan
sebatas di dunia ini. WaLlahu a'lamu bishshawab.
***
Makassar, 17 Januari 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman]
065 Mi'raj dengan Angkasa Luar
Tulisan ini saya ambil dari penggalan ceramah saya di Masjid Raya dalam
rangka Peringatan Isra'-Mi'raj yang diselenggarakan oleh Panitia Hari-Hari Besar
Islam, pada malam Sabtu, 22 Januari 1993.
Angkasa luar, atau ruang alam syahadah ini (physical world) relatif
sifatnya. Relatif terhadap waktu, relatif terhadap tempat dan relatif terhadap
kecepatan gerak. Makin cepat geraknya makin berkurang ukuran panjangnya dalam
arah gerak, makin bertambah besar massanya dan waktu berjalan makin lambat.
Selain waktu relatif terhadap kecepatan gerak, waktu juga relatif terhadap medan
gravitasi. Makin besar medan gravitasi, waktu makin berjalan lebih lambat. Di
Saturnus misalnya, yang medan gravitasinya lebih besar dari medan gravitasi
bumi, waktu di sana berjalan lebih lambat dari di sini. Ruang alam syahadah ini
lengkung ibarat bola berdimenasi empat, [panjang x lebar x tinggi x waktu x i].
Cahaya yang dipancarkan terus menerus akan tiba di tempat semula dalam waktu 200
bilyun tahun, apabila ruang alam syahadah ini statis. Dalam kenyataannya menurut
pengamatan alam kita ini sedang berekspansi, mengembang.
Dengan begitu jelaslah bahwa Rasulullah SAW pada waktu Mi'raj bukanlah
merupakan perjalanan angkasa luar di alam syahadah ini, karena kecepatan cahaya
di alam syahadah adalah kecepatan maximum, lagi pula Mi'rajnya Rasulullah hanya
kurang dari 12 jam padahal jarak seperti yang dipaparkan di atas menyangkut
waktu bilyunan tahun, lagi pula ruang ini lengkung. Walhasil Rasulullah SAW
Mi'raj menembus ruang alam syahadah yang nisbi ini. Menembus masuk alam ghaib
yang mutlak, tidak nisbi, alam yang bebas dari ruang dan waktu. Pertanyaan DI
MANA tidak punya arti sama sekali, juga pertanyaan KAPAN tidak punya arti juga,
yang lalu, sekarang dan yang akan datang "menyatu". Hanya Allah yang Maha Tahu
yang mengetahui keadaan ghaib yang demikian itu. Jadi tidak usah pusing-pusing
memikirkan bagaimana bisa RasuluLlah "bertemu" dengan Nabi-Nabi terdahulu,
melihat surga dan neraka, yang bagi kita di alam syahadah ini surga dan neraka
itu sebagai tempat yang akan berisi kelak di waktu yang akan datang.
Janganlah akal kita disuruh berpikir melampauai batas kapasitasnya.
Karena kapasitas akal hanya sebatas informasi yang dapat dideteksi oleh
pancaindera. Berpikir melampaui batas kapasitas akal minimal tidak efisen
maksimal akan merusak iman. Allah berfirman dalam S. Banie Israiel ayat 1:
Subha-na lladziy asra' bi 'abadihi- laylan mina lmasjidi lhara-mi ila lmasjidi
l-aqsha- alladziy barakna- hawlahu- linuriyahu- min a-y-atina-, innahu- huwa
ssamiy'u l'bashyr. Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hambaNya pada
suatu malam dari Al Masjid lHaram ke Al Masjidu lAqsha yang telah Kami berkati
sekelilingnya, untuk memperlihatkan sebahagian dari tanda-tanda kebesaran Kami,
sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.
Asra
dalam ayat tersebut, artinya memperjalankan. Bentuk-bentuk yang lain adalah asri
terletak dalam 5 ayat dan yasri dalam sebuah ayat. Dari kelima ayat yang memuat
asri semuanya berhubungan dengan perjalanan malam, yaitu perjalanan Nabi Luth AS
serta dengan pengikutnya (S. Hud,81 dan S. Al Hijr,65), dan perjalanan Nabi Musa
AS dengan ummatnya keluar dari Mesir (S. Taha,77, dan S. Asy Syu'ra',52, dan S.
Ad Dukhan, 23). Dan bentuk yasri menyangkut perjalanan mengenai malam itu
sendiri (S. Al Fajr,4). Adapun perjalanan malam Nabi Luth AS dan Nabi Musa AS
mengandung pengertian yang biasa saja. Tidak sama dengan pengertian asra' bagi
Nabi Muhammad SAW, yang mempunyai kekhususan, yang pertama tidak diikuti oleh
manusia lain dan yang kedua seperti telah dikemukakan di atas yakni dari segi
proses bukanlah suatu proses yang alamiayah, melainkan proses yang ghaib, karena
S.Banie Israiel,1 dimulai dengan Subhana, suatu pernyataan ta'jub, bahwa asra
itu bukan proses alamiyah biasa.
Itu
menunjukkan bahwa sesungguhnya Mi'raj adalah bagian dari Isra. Memang ada
pendapat, dan pada umumnya pendapat itu demikian, bahwa yang dimaksud dengan
Isra adalah perjalanan Rasulullah dari Makkah ke Palestina dan selanjutnya dari
Palestina Mi'raj naik ke langit. Dan karena S. Banie Israiel ayat 1 tentang
Isra' ini turunnya berbeda sekitar 5 tahun dengan turunnya S. AnNajm, bahkan ada
yang berspekulasi behwa peristiwa Isra dengan Mi'raj itu terjadi dalam waktu
yang berbeda.
Coba
dipikir jika pengertian Isra dipersempit menjadi sekadar perjalanan di atas
bumi, yaitu dari Makkah ke Darussalam (Jerusalem), lalu apa peranan kalimah
Subhana pada permulaan ayat, dan linuriyahu min ayatina, untuk memperlihatkan
sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Kata Subhana pada permulaan ayat
menunjukkan bahwa peristiwa asra bi'abdihi bukan proses 'alamiyah yang normal,
dan juga tanda-tanda kebesaran apa yang disaksikan RasuluLlah SAW kalau Isra itu
hanya sekadar jarak antara Makkah dan Darusslam saja, RasuluLlah SAW tidak akan
menyaksikan al ayah al Kubra, ayat yang maha besar yang disaksikan RasuluLlah
dalam Mi'raj.
Di
dalam matan Hadits tidak dipakai istilah Al Masjidu lAqsha untuk yang di
Palestina melainkan Al Baytu lMaqdis. Jadi Rasulullah diperjalankan malam oleh
Allah dari Masjidi lHaram ke Baytu lMaqdis tempat transit, di atas permukaan
bumi sehingga mempergunakan "mekanisme" transportasi, yaitu buraq. Lalu dari
tempat transit itu RasuluLlah menembus ke alam ghaib, Mi'raj ke tempat sujud
yang terjauh, Al Masjidu lAqsha. Al Aqsha adalah ism tafdhiel, superlatif, yang
terjauh.
Ghulibati rruwm. fiy adna l.ardhi (s. ArRuwm, 30: 2-3), artinya: Telah
dikalahkan Rum. Di bumi yang dekat. Ayat (30: 2-3) tersebut menunjuk pada
kejadian sejarah, yaitu Hiraqla (575? - 641)M., Kaisar Rum (610 - 641)M.
dikalahkan pasukannya di Chalcedon oleh pasukan Khosrau Parvez, Raja Sassan (590
- 628)M. Chalcedon itu terletak di mulut Asia Kecil hanya dipisahkan oleh selat
Bosporus dari ibu kota Kerajaan Rum, Konstantinopel. Jadi kalau kita ada di
Makkah, maka Chalcedon lebih jauh letakknya dari Baytu lMaqdis. Mengapa bagi
Chalcedon yang lebih jauh dikatakan adna, dekat sedangkan Palestina yang lebih
dekat dikatakan aqsha? Itu artinya Al Masjid Al Aqsha tidak di Palestina, yang
ada di Palestina adalah Al Baytu lMaqdis.
Al
Baytu lMaqdis lokasinya lebih luas dari lokasi masjid yang sekarang dinamakan
"Masjid al Aqsha". Sedangkan Al Masjid Al Aqsha dalam S. Banie Israiel ayat 1
adalah di ujung perjalanan Mi'raj Raulullah SAW, waktu beliau sujud dihadapan
Allah SWT untuk menerima secara langsung kewajiban shalat, yang juga di situlah
di Al Masjidu lAqsha berlangsung dialog antara Allah SWT dengan Rasulullah SAW
yang terpateri di dalam shalat, yang kita ucapkan dalam shalat:
- Nabi: Attahiyatu liLlahi wa shshalawatu wathhayyibatu
- Allah: Assalamu 'alayka ayyuhannabiyyu wa RahmatuLlahi wa Barakatuhu
- Rasulullah: Assalamu 'alayna wa 'ala 'ibadi Llahi shshalihiyna . Asysyahadu an la ilaha illaLlah
- Allah SWT: Asysyahdu anna MuhammadarRasulullah.
- Nabi: Attahiyatu liLlahi wa shshalawatu wathhayyibatu
- Allah: Assalamu 'alayka ayyuhannabiyyu wa RahmatuLlahi wa Barakatuhu
- Rasulullah: Assalamu 'alayna wa 'ala 'ibadi Llahi shshalihiyna . Asysyahadu an la ilaha illaLlah
- Allah SWT: Asysyahdu anna MuhammadarRasulullah.
Alhasil, Isra terdiri atas dua bahagian, yaitu bagian perjalanan dalam
physical world dari Makkah ke Al Baytu lMaqdis, dan bagian "perjalanan" menembus
alam ghaib yang disebut Mi'raj. Tanda kutip dalam tulisan "perjalanan" bermakna
bahwa "perjalanan" itu tidaklah bersifat "space-time like", melainkan
"perjalanan" yang bebas dari ruang dan waktu. Mi'raj adalah bagian dari Isra
menempuh alam ghaib, artinya Mi'raj itu sekali-kali bukan perjalanan angkasa
luar. WaLlahu a'lamu bishshawab.
***
Makassar, 24 Januari 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman]
066 Etologi
Adapun etologist yang mula-mula adalah Nabi Sulaiman AS. Dalam Al Quran
Nabi Sulaiman AS disebut ahli tentang manthiqu ththayr, logika burung,
katakanlah tabiat burung, etologi tentang burung. Jadi mendahului The Bird Man
of Al Catraz. Istilah etologi ini jangan dikacaukan dengan ekologi. Etologi
diturunkan dari bahasa Inggris ethology, yaitu suatu ilmu yang berhubungan
dengan tabiat binatang. Contoh misalnya kawanan babun, sejenis kera. Bagaimana
kelompok babun itu yang didorong oleh naluri mempertahankan hidup, yang dalam
hal ini mempertahankan kelompoknya dikaji dalam etologi, yang tentu saja hasil
dari observasi mengenai kehidupan babun itu. Adapun babun itu oleh Allah SWT
diberi naluri menyusun hirarki kepemimpinan. Apabila akan mendekati daerah yang
ada makanan maka seluruh pemimpin dalam formasi hirarki akan mundur ke belakang.
Pemimpin yang paling top menempati posisi paling belakang. Sebaliknya jika
kelompok babun itu mencium adanya bahaya di depan, maka pemimpin kelompok dalam
formasi hirarki pimpinan semuanya maju ke depan untuk melindungi anak buahnya
dari bahaya. Pemimpin babun yang paling top akan menempati posisi paling depan.
Pemimpin-pemimpin babon mengurusi kelompok-kelompok seperti pada militer,
sejenis regu, sejenis kompi, sejenis batalyon. Pemimpin top ibarat komandan
divisi. Kalau ada kepala regu berselisih dengan kepala kompi, maka kepala
batalyon segera mengetuk kepala dari kepala kompi, membela yang lemah. Apabila
seekor kepala regu menganiaya seekor babon dalam regunya, kepala kompi segera
mengetuk kepala dari kepala regu.
Kita
sebagai manusia patut merasa malu, jika menghadapi "rezeki" para pemimpin yang
maju kedepan, anak buah di belakang. Kita sebagai manusia patut merasa malu,
jika menghadapi bahaya anak buah disuruh maju, pemimpin tinggal di bunker, atau
anak buah dikirim ke negeri orang disuruh berlaga, sementara sang pemimpin tetap
menikmati fasilitas dalam istananya. Tidak banyak pemimpin yang maju ke medan
laga yang menghadapkan dadanya di ujung senjata musuh.
Dalam perang Hunain, sebuah qabilah yang mahir memanah hampir saja
mengocar-kacirkan pasukan Islam, jika pada saat genting itu Rasulullah SAW tidak
dengan segera memacu kudanya ke depan di tengah-tengah hujan panah, mengerahkan
pasukan Islam untuk menyerbu ke depan.
Beberapa hari yang lalu setelah shalat subuh saya menyaksikan dua ekor
kucing jantan berlaga. Dimulai dengan saling menggertak. Yang seekor suara
gertakannya nyaring dan intensif, sedangkan sang lawan bunyi gertakannya
rendah-rendah saja. Setelah prolog saling menggertak, keduanya lalu berlaga.
Ternyata yang tinggi dan nyaring serta intensif bunyinya itu sebentar saja
bercakar sudah kalah. Ia memberikan lehernya di depan lawannya, sebagai
pernyataan kalah, atau sekurang-kurangnya sebagai isyarat gencetan senjata
sepihak. Dan anehnya kucing yang menang itu yang bunyi gertakannya rendah-rendah
itu tidak menerkam leher lawannya yang sudah terpasang di depan mulutnya,
melainkan sang pemenang mundur meninggalkan lawannya.
Ada
yang menarik dalam peristiwa kucing berlaga itu, untuk dijadikan contoh. Karena
Allah menyuruh kita untuk belajar dari contoh-contoh kehidupan dari binatang
sekalipun, seperti FirmanNya dalam Al Quran S. Al Baqarah, 26. InnaLlaha la
yastahyie an yadhriba matsalan ma ba'uwdhatan fa ma fauqaha, Sesungguhnya Allah
tidak segan untuk menyodorkan contoh seamsal nyamuk, bahkan yang lebih rendah
sekalipun. Kucing yang tinggi dan intensif bunyi gertakannya itu mengingatkan
saya pada sebuah Kelong Mangkasara' dalam lagu Ma' Rencong-Rencong, demikian
bunyinya:
Gunturuqnaji malompo
Kilaqna maqlaqbang lino
Bosi sarrona
Tamalliang tompoq bangkeng
Kilaqna maqlaqbang lino
Bosi sarrona
Tamalliang tompoq bangkeng
Hanya gunturnya menggelegar
Kilatnya yang mengglobal
Hujannya yang lebat
Punggung kakipun tak terliwat
Kilatnya yang mengglobal
Hujannya yang lebat
Punggung kakipun tak terliwat
Saddam Husain mengumumkan gencetan senjata secara sepihak, ibarat kucing
yang kalah tadi. Tetapi Bush (dan juga Clinton?) bukan kucing. Sodoran leher
malahan disambut dengan mulut senjata. Move politik Saddam Husain ini bagi
Amerika tidak ada pengaruhnya. Mengapa? Gencetan senjata secara sepihak baru
efektif apabila dalam keadaan posisi yang menang. Ibarat Sayidina 'Ali
melepaskan musuhnya ketika ia menang dalam pergumulan, itu baru punya
arti.
Namun tentu saja secara emosional move politik Saddam ini menarik simpati
khalayak dunia. Simpati kepada siapa? Kepada rakyat Iraq tentunya yang sudah
sangat menderita akibat perang. Namun rakyat Iraq tidaklah identik dengan Saddam
Husain. Raja Husain dari Jordania, yang dalam Perang Teluk berdiri di pihak
Saddam, dalam pidato pada hari ulang tahun penobatannya baru-baru ini malahan
secara tidak langsung mengisyaratkan agar Saddam Husain dienyahkan dari
kekuasaannya. Demikian pula Housni Mubarak, Presiden Mesir. Keduanya atas dasar
simpati kepada rakyat Iraq yang sudah sangat menderita. Les Aspin Menteri
Pertahanan Amerika juga menyuruh mundur Sadam Husain, namun alasannya tentu
lain. Ia tidak dapat mengatur kemauan Saddam menurut keinginan Amerika. Lalu
apakah Sadam akan bersedia mundur? Dan kalau mundur apakah penderitaan rakyat
Iraq akan berakhir?
Menurut pakar sejarah dan sosiologi Ibnu Khaldun penguasa yang
mendapatkan kekuasannya dengan jalan kekerasan, pertumpahan darah, maka penguasa
yang demikian itu tidak akan mau mundur. Pada 17 Juli 1968 Saddam Husain bersama
Ahmad Hasan Bakir berhasil menyingkirkan Abd. Rahman Arif dengan kudeta
berdarah. Setelah Bakir meninggal karena serangan jantung tahun 1976, Saddam
Husain menjadi penguasa tunggal Iraq, sampai sekarang. Dan walaupun Saddam dapat
digulingkan secara paksa, maka belum tentu dapat memecahkan persoalan. Hanya ada
manfaatnya jika kelompok yang menggulingkan itu menyelenggarakan pemilihan umum
untuk membentuk pemerintahan baru. Lalu Partai Ba'ath dibubarkan, karena
ideologi partai ini dengan kepemimpinan otoriter merupakan satu
sistem.
Semua pintu yang dapat memungkinkan Amerika masuk ke Asia Barat ditutup.
(Saya tidak pakai ungkapan Timur Tengah, karena kaki dan kepala saya ada di
Indonesia, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung dalam arti tekstual).
Yaitu dengan politik dalam dan luar negeri yang segar dan terbuka. Kebijakan
dalam negeri memberi otonomi kepada kelompok Syi'ah di selatan dan Kurdi di
utara akan menutup pintu bagi Amerika untuk masuk campur tangan dengan kemasan
melindungi rakyat Iraq seperti misalnya non fly zone. Politik luar negeri harus
berdasar atas hidup bertetangga secara damai, yang berarti ambisi ekspansi
wilayah dengan mengklaim Kuwait atas dasar hak sejarah dihentikan. Maka tertutup
pulalah pintu bagi Amerika untuk masuk dengan kemasan melindungi negara-negara
tetangga Iraq dari ambisi ekspansi Iraq. Maka demikianlah adanya, Insya Allah.
WaLlahu a'lamu bishshawab.
***
Makassar, 31 Januari 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman]
067. Sumberdaya Manusia yang Berkwalitas
Marilah kita buka tulisan ini dengan dialog antara Allah dengan para
malikat. Pada waktu Allah SWT akan menjadikan khalifah di muka bumi ini, maka
para malaikat mempermasalahkannya, seperti dapat kita baca dalam S. Al Baqarah,
30:
ataj'alu fieha man yufsidu fieha wa yasfiqu ddima-a....,apakah Engkau
akan menjadikan di atasnya (bumi) yang akan merusak di atasnya dan menumpahkan
darah? Para malaikat itu hanya melihat kepada naluri manusia, yaitu naluri
mempertahankan hidup. Mencari makan kalau lapar, air kalau haus, melawan atau
melarikan diri kalau diserang, nafsu syahwat untuk kelangsungan jenisnya.
Dan untuk itu semua, kalau perlu akan merusak dan menumpahkan darah. Malaikat
mempunyai penilain yang negatif tentang diri Adam yang akan diangkat menjadi
khalifah, karena hanya melihat secara parsial, malaikat tidak dapat membedakan
antara mnusia dengan binatang. Karena memang dari segi naluri mempertahankan
hidup ini tidak ada perbedaan antara manusia dengan binatang. Makhluk "manusia"
pra-Adam yang telah disaksikan malaikat selama itu, sesungguhnya tidaklah sama
dengan Adam yang akan diangkat menjadi khalifa itu. Kita akan membahas "manusia"
pra-Adam atau manusia purba ini insya Allah dalam kesempatan yang akan datang.
Maka Allah menujukkan kepada malaikat akan pandangan malaikat yang hanya
mengandung separuh dari kebenaran itu. Dalam ayat yang berikutnya dapat kita
baca:
Wa
'allama adama l-asma-a kullaha, .... Dan Allah mengajarkan setiap nama kepada
Adam. Nama-nama yang diajarkan Allah kepada Adam ialah dalam arti identifikasi
benda-benda beserta dengan fungsinya untuk dapat dimanfaatkan, dan yang
terpentng bagaimana memelihara dan memodifikasi benda-benda iutu. Dan untuk itu
perlu adanya perlengkapan pada manusia yang lebih tinggi dari naluri yaitu akal.
Adapun manusia purba dan binatang hanya dapat mengenal benda-benda berdasarkan
atas naluri saja. Manusia purba dan binatang tidak dapat memelihara apalagi
untuk memodifikasi benda-benda itu. Dan di sinilah kelebihan manusia itu.
Akallah yang membedakan antara manusia dengan binatang dan manusia purba yang
telah disaksikan oleh malaikat selama itu. Dengan akal manusia dapat belajar,
utamanya berzikir dan berpikir.
Supaya akal dapat berpikir, maka perlu informasi. Kwalitas produk akal
yaitu hasil pemikiran tergantung pada banyaknya informasi yang didapatkan. Makin
banyak informasi yang diperoleh, makin tinggi kwalitas hasil pemikiran.
Kesanggupan manusia untuk dapat mengumpul informasi hanya sebatas apa yang dapat
ditangkap oleh pancainderanya, jadi hanya sebatas alam syahadah (physical
world). Itupun hanya sebatas bumi dan sekelilingnya, yang jauh-jauh tentu sangat
terbatas, hanya secuil, paling-paling pancaindera dapat dibantu dengan
telescoop. Maka dengan terbatasnya informasi yang mampu dikumpul manusia,
berarti sangat terbatasnya pula daya pikir akalnya. Itupun baru dalam ruang
lingkup alam syahadah, yang dapat ditangkap oleh pancainderanya. Lalu bagaimana
dengan alam ghaib, yang tidak dapat dideteksi oleh pancaindera?
Allah SWT sebagai Ar Rabb, Maha Pengatur, Yang telah memberikan tugas
kekhalifaan kepada manusia di atas bumi, menurunkan wahyu kepada para Rasul.
Dimulai dari Nabi Adam AS dan berakhir pada Nabi Muhammad SAW. Dengan wahyu itu
manusia mendapatkan informasi yang tidak mungkin dapat diperolehnya dengan
usahanya sendiri. Maka demikianlah adanya. Manusia punya naluri, yang dalam hal
ini ia sama dengan binatang. Lalu Allah membrikan akal dan inilah yang
membedakan antara manusia dengan manusia purba dan binatang. Kemudian Allah
menurunkan wahyu kepada para manusia pilihan. Dan dengan wahyu inilah yang
membedakan antara manusia beriman dengan manusia yang bersikap sekuler. Manusia
beriman akalnya dituntun oleh wahyu, manusia sekuler bertuan kepada akalnya,
menjadikan akalnya sebagai berhala.
Di
dalam Isra, Rasulullah SAW mengendarai Buraq, lalu dituntun oleh Jibril. Kalau
kita simak, inilah konfigurasi atau tata-letak naluri, akal dan wahyu. Akal
mengendarai naluri, wahyu menuntun akal. Konfigurasi akal dituntun wahyu dan
akal mengendalikan naluri sangat penting artinya dalam pembangunan bangsa maupun
pembangunan kebudayaan ummat manusia pada umumnya. Perencanaan yang berkwalitas
berasal dari pemikiran yang berkwalitas. Dan pemikiran yang berkwalitas baru
tercapai jika pemikir itu tidak semata-mata mengandalkan akal belaka. Harus
mengikuti konfigurasi atau tata-letak tersebut tadi, yaitu akal dituntun oleh
wahyu. Tidak kurang hasil perencanaan yang tidak berkwalitas karena dihasilkan
oleh pemikir yang akalnya tidak dituntun oleh wahyu. Nilai-nilai wahyu dicuekkan
olehnya.
Sekadar contoh yang sederhana. Perencanaan tentang SDSB lahir dari
pemikir yang akalnya tidak mengindahkan nilai wahyu. Demikian pula selanjutnya,
perencanaan baru ada artinya jika pelaksanaannya sesuai dengan perencanaan.
Inipun harus mengikui konfigurasi tadi, akal harus mengendalikan naluri. Betapa
banyaknya pelaksanaan yang tidak berhasil dengan baik dalam arti
sesuai dengan perencanaan, oleh karena para pelaksananya meletakkan nalurinya di atas akalnya. Betapa tidak kurangnya yang profesional dan terampil dalam bidang ilmunya tidak berhasil dalam pelaksanaan perencanaan, karena naluri kebinatangannya mengendarai akal kemanusiaannya, yaitu melanggar konfigurasi yang di atas itu.
sesuai dengan perencanaan, oleh karena para pelaksananya meletakkan nalurinya di atas akalnya. Betapa tidak kurangnya yang profesional dan terampil dalam bidang ilmunya tidak berhasil dalam pelaksanaan perencanaan, karena naluri kebinatangannya mengendarai akal kemanusiaannya, yaitu melanggar konfigurasi yang di atas itu.
Maka
demikianlah adanya. Sumberdaya manusia yang berwalitas bukan hanya sekadar
manusia yang profesioanl dan terampil dalam bidang ilmunya, yang sekarang ini
namapaknya bobotnya dikhususkan pada penguasaan sains dan teknologi. Sekali
lagi, sumberdaya manusia yang berkwalitas bukan sekadar penguasaan ilmu dan
teknologi belaka. Sumber daya manusia yang berkwalitas adalah para manusia yang
tunduk pada konfigurasi, wahyu menuntun akal dan akal mengendalikan naluri.
Penguasaan ilmu dan teknologi adalah urutan kedua. WaLlahu a'lamu
bishshawab.
***
Makassar, 14 Februari 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman]
068 Kappla' Tallum Batuwa
Judul di atas yang berarti, Kapal yang Tiga buah, tidak ada hubungannya
dengan Sinrili' Kappala' Tallum Batuwa dan tokoh I La'ba' Songko' yang
ditayangkan dalam TVRI Stasiun Ujung Pandang. Kapal yang pertama bernama The
Bounty, sebuah kapal legendarik, dinakodai oleh Captain Bligh. Dikatakan
legendarik karena terlibat dalam suatu peristiwa yang terkenal dengan The Mutiny
at the Bounty, pemberontakan di kapal Bounty. Kapal Bounty mengangkut bibit
bread fruit (bakara'?) dari Amerika Selatan untuk ditanam di Mikronesia,
Pasifik. Dalam perebutan kekuasaan itu Captain Bligh dengan sedikit pengikutnya
yang masih setia diturunkan ke sekoci di Pasifik, diusir dari kapal The Bounty.
Dengan bekal yang sedikit sekoci Captain Bligh akhirnya terdampar di pulau
Timor. Beberapa pulau di Mikronesia penduduknya yang sekarang ini adalah
campuran darah Mikronesia dengan darah Kaukasia, turunan anak kapal pemberontak
dari The Bounty.
Kapal yang kedua bernama Kappala' Tallang, adalah nama anumerta dari
sebuah kapal yang telah tenggelam, dinakodai oleh I Darasi'. Kappala' Tallang
ini tidak ada hubungannya dengan Pakappala' Tallang yang hingga kini masih aktif
berdagang sambil menipu, atau menipu sambil berdagang di Pusat Pertokoan dan
dahulu di mantan Pasal Sentral. Kapal ini adalah kapal imajinasi,
sumber inspirasinya dari novel daerah berjudul I Kukang, karya Ince' Nanggong.
Dalam novel itu I Manynya' bercerita kepada I Kukang perihal ia reppe' di tengah
laut kira-kira sekitar tempat Tampomas terbakar. Mereka berhasil menyelamatkan
diri dengan rakit yang dibuatnya dan terdampar di tanah Mandar ditampung oleh
Mara'dia setempat.
Kiranya elok jika dijelaskan lebih dahulu beberapa istilah bahasa daerah
Makassar. I Kukang berarti Si Yatim. Tetapi novel berjudul I Kukang ini tidak
ada hubungannya dengan judul lagu daerah Makassar "I Kukang" yang sedang
populer. Reppe' berarti pecah. Itu arti yang umum. Namun bagi pelaut istilah itu
mempunyai arti khusus yaitu mengalami musibah perahu tenggelam di tengah laut.
Ada beberapa kata dalam bahasa daerah Makassar apakah itu dialek Lakiung, Konjo
atau Selayar, di samping arti umum, mempunyai pula arti khusus. Seperti misalnya
kata basah. Artinya yang umum sama dengan dalam bahasa Indonesia. Artinya
khususnya, darah mengalir membasahi tubuh orang yang bertikam. Darah yang
mengalir membasahi tubuh ibu yang bersalin atau keguguran dan yang berasal dari
luka yang bukan karena tikaman, tidak disebut basah.
Diimajinasikan kapal itu tenggelam karena seorang anak kapal mengupas
kelapa dengan linggis di ruang bawah. Sebagai seorang yang profesional dalam
mengupas kelapa, linggis ditancapkannya pada lunas perahu, mengikuti
kebiasaannya di darat menancapkan linggis ke tanah apabila akan mengupas kelapa.
Pada waktu linggis ditancapkan, perahu belum apa-apa. Tetapi setelah kelapa
mulai dikupas kulitnya, lunas perahu mendapat beban gaya reaksi sehingga
robek.
Adapun kapal yang ketiga bernama Safinah, yang artinya kapal. Ini kita
sudah pernah bertemu dalam Seri ini sebelumnya. Sebuah perlambang dari Hadits
Nabi Muhammad SAW. Bahwa kita ini hidup bermasyarakat dan bernegara ibarat hidup
dalam sebuah safinah, kapal. Masing-masing anggota masyarakat dan negara
menempati strata tersendiri dan tatacara yang harus ditaati bersama.
Yang tinggal di ruang bawah jika ingin membersihkan ruangannya harus ke atas ke
geladak mengambil air. Kalau yang bersangkutan melanggar tatacara itu, karena
ingin cepat, lalu membuat terobosan melubangi dinding kapal, maka orang
seputarnya harus mencegah. Dengan mencegah itu orang yang mencegah, orang yang
dicegah dan seluruh penumpang dan awak kapal termasuk kapal sendiri akan
terhindar dari musibah tenggelam.
Captain Bligh memakai manajemen gaya otoriter, sangat mementingkan
organisasi, tidak manusiawi, mengabaikan orang. Kontrol sangat ketat, karena ia
mempunyai asumsi bahwa orang itu pada dasarnya tidak dapat dipercaya dalam hal
bekerja. Manusia itu, menurut persepsi Captain Bligh, senantiasa akan
menghindarkan diri dari pekerjaan yang ditugaskan kepadanya, apabila orang itu
mempunyai kesempatan untuk menghindar. Akibatnya anak kapal pada umumnya tidak
senang dengan gaya
manajemen demikian itu. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan.
manajemen demikian itu. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan.
Nakoda I Darasi' (ayah I Kukang) memakai manajemen yang bergaya
sebaliknya dari gaya Captain Bligh. Lebih mementingkan orang ketimbang
organisasi. Kontrol dilaksanakan dengan sangat longgar. Karena yang penting
menurut I Darasi' ialah pappijo'jo', directing istilah canggihnya. Nakoda ini
berasumsi bahwa semua manusia dapat dipercaya, karena pada dasarnya orang itu
suka bekerja. Ia mendidik agar anak buahnya menjadi profesional dan kreatif. Ia
membuat pembagian kerja dan tiap unit bertanggung jawab atas unitnya,
masing-masing bekerja sesuai dengan ketentuan tidak tumpang tindih. Namun akibat
kreativitas seorang anak kapal yang menancapkan linggis pada lunas perahu yang
tidak berwawasan lingkungan, mengakibatkan kapal bocor dan
tenggelam.
Adapun pada kapal yang ketiga, safinah dalam Hadits Nabi itu, gaya
manajemen yang diaplikasikan tidak otoriter, bukan one man show dengan kontrol
yang ketat, namun bukan pula manajemen dengan kontrol yang longgar. Bukan
manajemen yang bobotnya pada organisasi dengan mengabaikan martabat manusia,
bukan pula manajemen yang sangat berorientasi pada kemanusiaan dengan
mengabaikan kesehatan organisasi. Gaya manajemen dalam kapal yang ketiga ini
tidak berorientasi secara parsial. Melainkan berorientasi secara utuh,
mementingkan keselamatan wadah, keselamatan dan tujuan organisasi, serta
keselamatan manusianya. Kontrol yang diterapkan adalah Built In Control System.
Sistem saling kontrol di antara anggota masyarakat, amar ma'ruf nahie mungkar,
menyuruh berbuat bijaksana, mencegah berbuat keliru.
Ada
dua lembaga yang dapat berperan aktif dan efektif dalam hal amar ma'ruf nahie
mungkar, atau kontrol sosial ini. Yaitu lembaga da'wah dan pers. Gubernur yang
baru tampaknya memulai gebrakannya dengan penertiban dalam tubuh birokrat di
provinsi ini. Dengan partisipasi lembaga da'wah dan pers dalam kontrol sosial
dapat mempermudah Gubernur dalam gebrakannya itu. Mudah-mudahan berhasil,
insyaAllah. WaLlahu a'lamu bishshawab.
***
Makassar, 21 Februari 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman]
069. Nilai-nilai dari yang Individual Hingga ke Universal
Sebuah pohon yang berdiri tumbuh di tengah-tengah hutan adalah bebas
nilai. Akan tetapi jika pohon itu telah bersentuhan dengan seorang individu maka
melekatlah nilai padanya. Kalau individu itu menginginkan tempat berteduh, maka
pohon yang tinggi, lurus, kurang cabangnya, tidak rimbun daunnya, pohon itu
tidak mempunyai nilai bagi individu tersebut. Pohon itu hanya akan bernilai bagi
seorang individu yang menginginkan pohon itu dijadikan tiang layar perahu.
Demikian pula pohon yang banyak cabang, rimbun daunnya tidak akan bernilai jika
individu itu menginginkan tiang layar, dan baru bernilai jika individu itu
menginginkan tempat berteduh dari terik matahari. Jadi nilai sesuatu ditentukan
oleh keinginan kita, atau dengan perumusan yang lebih singkat, nilai
itu sesuatu yang kita ingini. Apa yang dikemukakan di atas itu menyangkut nilai yang individual sifatnya, nilai individual.
itu sesuatu yang kita ingini. Apa yang dikemukakan di atas itu menyangkut nilai yang individual sifatnya, nilai individual.
Kayu
gelondongan dapat kita tingkatakan nilainya, yaitu dengan mengubahnya menjadi
balok dan papan. Atau dalam bahasa ekonomi benda berupa balok dan papan itu
mempunyai nilai tambah. Proses yang mengubah kayu gelondongan menjadi balok dan
papan yang telah mempunyai nilai tambah itu disebut teknologi. Jadi teknologi
adalah suatu proses yang memberikan nilai tambah pada suatu benda. Makin canggih
teknologi, makin canggih pula nilai tambah yang dihasilkannya. Dari apa yang
telah dijelaskan itu, maka teknologi itu berurusan dengan bidang-bidang yang
menyangkut ilmu pengetahuan dan alat-alat yang menyangkut apa yang mesti
dilakukan terhadap benda, cara dan teknik memproduksi benda-benda, lingkungan
secara menyeluruh tempat benda-benda itu diproduksikan, dan keinginan kelompok
untuk mengkonsumsi produksi itu, yang biasa disebut pasar. Dengan demikian
teknologi itu menjangkau masalah materi, masalah keinginan kelompok,
nilai kelompok. Teknolgi tidaklah bebas nilai.
Nilai kelompok jika ditingkatkan akan menjadi nilai budaya. Nilai budaya
sebagai suatu sistem memberikan corak dan warna bagi kebudayaan atau sivilisasi
suatu bangsa. Biasanya ada pembedaan antara pengertian kebudayaan dengan
sivilisasi. Pada umumnya dikatakan orang bahwa kebudayaan bersifat immaterial
sedangkan sivilisasi sebaliknya. Atau dengan ungkapan lain, kebudayaan
itu adalah perangkat halus (soft ware) dan sivilisasi itu perangkat kasar (hard
ware). Bagi saya sendiri, kedua pengertian itu merupakan satu kesatuan, tidak
dapat dibedakan. Di mana ada perangkat kasar, di situ mesti melekat perangkat
halus. Barangkali jalan pikiran ini, tanpa banyak penjelasan, dapat dengan mudah
diikuti. Yaitu dengan potret teknologi di atas. Dalam teknologi seperti yang
telah diuraikan di atas terpadu di dalamnya perangkat halus dan perangkat kasar.
Kebudayaan dan sivilisasi, kultur dan sivilisasi saling melebur diri menjadi
satu sistem. Insya Allah kita akan kembali memperbincangkan kebudayaan dan
sivilisasi ini dalam kesempatan yang lain.
Pada
umumnya bangsa-bangsa di dunia kita sekarang ini terdiri dari masyarakat
majemuk, tak terkecuali bangsa Indonesia. Setiap kelompok masyarakat yang
merupakan sub-kultur dalam ruang lingkup bangsa Inonesia, disebut kebudayaan
daerah. Dari sekian sistem nilai dari kebudayaan daerah itu, setelah mengalami
proses kristalisasi, akan terangkat menjadi sistem nilai tingkat
nasional, dan disebutlah dengan nilai budaya bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai yang berkristal itu akan menjadi nilai dasar yang kita kenal dengan pandangan hidup bangsa. Bagi bangsa Indonesia sistem nilai hasil kristalisasi itu terdiri atas lima nilai dasar yang tersusun secara sistematis hirarkis, bertangga turun, berjenjang naik, seperti tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
nasional, dan disebutlah dengan nilai budaya bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai yang berkristal itu akan menjadi nilai dasar yang kita kenal dengan pandangan hidup bangsa. Bagi bangsa Indonesia sistem nilai hasil kristalisasi itu terdiri atas lima nilai dasar yang tersusun secara sistematis hirarkis, bertangga turun, berjenjang naik, seperti tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Nilai budaya tidaklah segala-galanya. Masih ada di atasnya yaitu nilai
universal. Adapun nilai universal ini sumbernya tidaklah historis, tidak seperti
nilai budaya yang sumbernya historis. Nilai universal ini bersumber dari Allah
SWT, Maha Pencipta dan Maha Pengatur universum. Nilai univerasal ini diturunkan
Allah kepada ummat manusia berupa wahyu yang diwahyukan kepada para manusia
pilihan yang disebut Nabi dan Rasul. Nilai universal yang bersumber dari wahyu
ini disebut Syari'at Islam, risalah yang dibawakan Nabi dan Rasul terakhir,
yaitu Nabi Muhammad RasulLah SAW, yang menerima wahyu itu dalam bulan Ramadhan,
sebagaimana Firman Allah dalam Al Quran, S. Al Baqarah, 285:
Syahru ramadhana-lladziena unzila fiehi-lQuran hudan li-nnasi wa
bayyinatin mina-lhuda wa-lfurqan, bulan Ramadhan yaitu di dalamnya (mulai)
diturunkan Al Quran, petunjuk bagi manusia, dan penjelasan mengenai petunjuk itu
dan Al Furqan. WaLlahu a'lamu bishshawab.
***
Makassar, 28 Februari 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman]
070. Berpuasa di Rantau
Berpuasa di Rantau! Apakah termasuk kategori sukar untuk menentukan bila
mulai puasa? Ikut dengan yang di Indonesia, atau di Makkah? Tentu tidak ikut
kedua-duanya. Tetapi apakah tidak sukar untuk menetukan permulaan puasa sesuai
dengan mathla' yang di rantau itu? Sebenarnya tidak sukar, kalau rajin
membaca surat kabar harian, dan faham sedikit mengolah data yang
sederhana.
Baru-baru ini di surat-surat kabar diberitakan bahwa ummat Islam di
Jerman bingung untuk menentukan bilakah mulai berpuasa. Saya heran membaca
berita itu, mengapa baru tahun ini diberitakan tentang kebingungan itu? Ataukah
kebingungan itu sudah berlaku dari tahun ke tahun dan baru sempat diberitakan
sekarang? Saya tidak tahu apakah koran-koran di Jerman tidak ada informasi itu.
Kalau di negeri Belanda tempat saya merantau waktu itu sebagai ibnu-ssabil,
semua koran memuat informasi tentang posisi matahari dan bulan setiap hari.
Kalau bukan pada halaman pertama, maka pada halaman kedua sudut kanan di pojok
bawah setiap hari tertera pukul berapa matahari dan bulan terbit dan terbenam.
Misalnya sebagai contoh, dalam koran harian Winschoter Courant, terbitan Dinsdag
(Selasa), 28 agusuts 1973, redaksional aslinya tertulis demikian: 29 agustus,
Zon op 05.46, Zon onder 19.34, Maan op 07.35, Maan onder 19.32. Zon op artinya
matahari terbit, Zon onder matahari terbenam, Maan op bulan terbit, Maan onder
bulan terbenam. Dengan demikian halaman 2 pojok kanan bawah Winschoter Courant
terbitan 28 Agustus 1973 menginformasikan kepada kita bahwa pada tanggal 29
Agustus 1973 waktu senja, bulan terbenam 2 menit lebih dahulu dari matahari.
Kesimpulannya, itulah akhir bulan Rajab 1393H, yang artinya keesokan harinya 30
Agustus 1973 waktu matahari terbenam masuklah 1 Sya'ban 1393H. Dengan cara itu
kita dapat menentukan bahwa 1 Ramadhan 1393H jatuh pada malam Jum'at dan
siangnya hari Jum'at 28 September 1973 mulailah orang berpuasa, dan dengan cara
yang sama pula dapat diketahui 'Iedu-lFithri 1 Syawwal 1373 H jatuh pada hari
Ahad, 28 Oktober 1973.
Karena informasi mengenai terbit dan tenggelamnya matahari itu setiap
hari ada di koran-koran maka waktu imsak dan berbuka puasa ma fiy-lmasalah, no
problem. Waktu imsak? Ya kurangi saja 90 menit dari waktu matahari terbit. Kalau
di Jerman koran-korannya tidak memuat informasi posisi bulan dan matahari yang
setiap hari itu, apa susahnya minta informasi kepada teman-teman di negeri
Belanda? Dan di samping informasi dari koran para ibnu ssabil yang mahasiswa
biasanya mendapatkan pula sumber informasi dari sumber yang lain. Di dalam box
surat saya dan teman-teman Muslim yang lain, didapatkan jadwal waktu puasa yang
dikirim dari masjid Mubarak di Scheveningen, masjid yang diasuh oleh aliran
Qadiyaniyah. Walaupun saya bukan dari aliran Qadiyaniyah ini, namun saya sangat
menghargai usaha saudara-saudara kita itu dari golongan tersebut untuk menservis
para ibnu ssabiel. Karena jadwal yang dibuat mereka itu cocok dengan hasil
olahan data saya, maka besar dugaan saya merekapun membuat jadwal berdasarkan
informasi posisi matahari dan bulan di koran-koran setempat, artinya jadwal
puasa itu sumbernya bukan dari Pakistan.
Apa
masih ada kemungkinan kesukaran yang lain? Kelihatannya ada tetapi dapat
diatasi. Kalau pada waktu di Den Haag saya menempati apartmen yang mempunyai
fasilitas untuk masak sendiri. Jadi untuk berbuka puasa dan makan sahur, tidak
ada masalah. Sayangnya saya mulai mengalami bulan puasa tidak di Den Haag,
melainkan di Maastricht, ibu kota Provinsi Limburg, sehingga terpaksa tinggal di
sebuah hotel di kota itu, yaitu hotel Beaumont, untuk mengadakan penelitian
tentang "volkskarakter" (watak penduduk) propinsi pinggiran terselatan yang
berbatasan dengan Jerman. Sebelumnya saya mengadakan mengadakan penelitian
volkskarakter di propinsi pinggiran di kota Winshoten propinsi Groningan,
propinsi pinggiran terutara yang berbatasan dengan Denmark di jazirah Jutland
salah satu dari negeri Skandinavia.
Menyimpang sedikit dari substansi yang dinyatakan oleh judul, saya
kemukakan sedikit tentang hasil-hasil yang saya peroleh. Bahwa di sebelah utara
s. Rijn postur tubuhnya umumnya tinggi-tinggi beragama Protestan, di sebelah
selatan s. Rijn postur tubuhnya lebih pendek umumnya beragama Katholik. Itu
dahulu akibat Tachtig Jarige Oorlog (Perang 80 tahun), di mana s. Rijn menjadi
daerah front dalam peperangan itu. Bagian selatan diduduki penjajah Spanyol yang
beragama Katholik, sehingga penduduk sebelah selatan itu umumnya beragama
Katholik serta percampuran dengan darah Spanyol itu menyebabkan tubuh blasteran
itu pendek-pendek. Sedangkan di utara s. Rijn tidak dapat diduduki oleh Kerajaan
Spanyol, sehingga postur tubuhnya tetap tinggi-tinggi dan tetap beragama
Protestan. Sekarang pada umunya generasi mudanya menjadi agnostik bahkan
atheis.
Bahwa di negeri Belanda yang luasnya hanya sekitar seperempat luas
p.Jawa, terdapat tiga jenis "etnik" dengan bahasa daerah sendiri. Di utara
berdiam etnik Frischen (yang kita kenal di Indonesia ini dengan susu-kalengnya
"cap nona") dengan bahasa daerah frisch yang sangat berbeda dengan bahasa
Belanda. Di selatan berdiam etnik Limburger dengan bahasa daerah limburg, yang
juga berbeda dengan bahasa Belanda. Di kawasan barat yang dikenal dengan daerah
kincir angin yang sentralnya pada kota segitiga Den Haag, Amsterdam dan
Rotterdam (= Europoort, pelabuha Eropa), bermukim etnik Holland, dengan
bahasa holland (Hollandche taal), yang juga menjadi bahasa nasional
dengan predikat Nederlandsche taal, yang juga menjadi nama negeri itu, yakni
Nederland. Sesama etnik mereka pakai bahasa daerahnya di luar lembaga resmi
(kantor dan sekolah). Patut diduga itulah latar belakang, mengapa Negeri Belanda
sampai era modern ini berebentuk Kerajaan, untuk dapat mempersatukan ketiga
etnik yang berbeda bahasa itu. Seperti juga Belgia yang berbentuk Kerajaan,
karena mempunyai dua bahasa di utara berbahasa Belanda di selatan berbahasa
Perancis. Inggris juga berbentuk kerajaan untuk "mempersatukan" Enggland, Wales,
Scotland dan Ireland, maka negeri itu bernama United Kingdom. Bahkan sampai
sekarang etnik irlandia tidak seluruhnya merasa masuk UK, pertama karena masalah
etnik dan kedua masalah agama. Boleh jadi akan terjadi "balkanisasi", jika
mengubah bentuk negeri-negeri itu dari Kerajaan menjadi Republik.
Kembali kepada substansi yang dinyatakan oleh judul, berpuasa di rantau.
Menurut kitab-kitab kuning, Maastricht sudah terletak melampaui batas
standar jarak untuk disebut musafir dari tempat bermukum saya, yaitu Den Haag.
Bukannya saya tidak bersyukur kepada Allah SWT karena karena di Maasricht itu
saya tetap berpuasa, yakni tidak memanfaatkan dispensasi bagi para musafir. Saya
mempunyai alasan tersendiri untuk tidak menunda puasa. Bagaimana alasan itu?
Silakan baca kolom Kalam Ramadhan yang berjudul Barang Siapa yang Sakit, Atau
Dalam Perjalanan .....Alhamdulillah pelaksanaan berbuka puasa dengan makanan
ringan dan makanan yang benar-benaran, serta makan sahur dapat diatur atas
pengertian pengelola hotel yang berprinsip para tanu hotel adalah
raja.
Jatah ontbijt (break fast, makan pagi) dan makan siang digeser
untuk buka puasa, dan jatah makan siang digeser untuk makan sahur. Ketiga jatah
itu secara teknis diantarkan ke kamar hotel dengan jarak antara seperti berikut.
Satu jam setelah makanan ringan diantarkanlah makanan berat, dan dua jam
kemudian diantarkan makanan untuk sahur. Itu berarti saya makan sahur dengan
makanan yang sudah tidak panas lagi, kecuali kopinya tetap panas tentu, karena
dalam termos. Dan selebihnya, ma fiy-lmasalah, suasana kota Maastricht lebih
kurang berada di antara kota Makassar dengan Jakarta. Sedikit di atas Makassar,
sedikit di bawah Jakarta. Itulah upaya mencari sumber informasi, dan pemecahan
masalah teknis disekitar berpuasa di rantau orang. Pokoknya ada usaha dan
bersikap terbuka, yang dalam hal ini dengan pengelola hotel. Di mana ada kemauan
di situ ada jalan, insya Allah. WaLlahu a'lamu bishshawab.
***
Makassar, 7 Maret 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman]
No comments:
Post a Comment
ini komentar