BAB 10 : TULISAN
& EJAAN BAHASA ARAB DALAM AL-QUR'AN
Kekeliruan yang
menahun dan semakin banyak permasalahan yang dihadapi negara-negara yang baru
muncul mengakibatkan terjadinya perubahan secara dramatis dalam ketentuan
ejaan, adanya mempertahankan keganjilan dari pengalaman masa lalu sedang ejaan
lainnya akan jadi barang aneh atau kuno. Ini mengingatkan saya pada tahun 1965
ketika saya menyelesaikan program doktor saya di Cambridge. Saya ketemu dengan
seorang mahasiswa muda dari Inggris yang mempelajari bahasa Arab untuk menjadi
seorang ahli orientalis. Dia mengakui kesusahannya dalam mempelajari dan
menguasai ejaan bahasa Arab, dan dia mendesak agar mengubah ejaan Arab ke skrip
Latin-seperti halnya dengan bahasa Turki modern-yang membuatnya lebih mudah
untuk dipahami. Saya menjawabnya dengan menyebtttkan kesusahan dalam suara a
dalam bahasa Inggris, father, fat, fate, shape; dan u dalam put, but,
penyebutan kata right dan write, dan bentuk kata kerja sekarang dan lampau
read. Banyak lagi contoh yang bisa saya sebutkan dari pengalaman kesusahan saya
dalam mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa ketiga. Dia beralasan bahwa
ketidakteraturan ini disebabkan oleh beberapa kata dan sejarah perkembangannya,
tetapi dia lupa untuk melihat bahwa bahasa Inggris tidak bisa dipertanyakan
keanehan-keanehannya, dan begitu juga sama dengan apa yang terjadi dalam bahasa
Arab.
Di bawah ini saya beri
contoh kata-kata yang secara random saya pilih (dan merupakan kata yang panjang
lebar) dari perjanjian Inggris abad 17 Masehi, untuk menggambarkan perubahan
ejaan yang terjadi dalam kurun waktu empat abad.
The Boy of Bilson: or
A True Discovery of the late notorious Impostures of certaine Romish
Priests in their pretended exorcisme, or expulsion of the Divell out
of young boy, named William Perry, sonne of Thomas Perry Bilson, in the country
of Stafford, Yeoman. Upon which occasion, hereunto is permitted A briefe Theological
Discourse, by way of caution, for the more easie discerning of such Romish
spirits; and inudging of their false pretensces, both in this and the like
Practices.1
(Anak laki-laki Bilson: betul-betul penemuan seorang (yang sudah meninggal) yang terkenal dengan tukang tipu pendeta Romish dalam mantranya, atau pengusiran setan dari badan seorang anak bernama, Willian Perry, anak-laki-laki Thomas Perry Bilson di negara Safford, Yeoman. Dalam kejadian ini dibolehkan sedikit diskusi tentang teologi dengan hati-hati untuk memudahkan melihat roh Romish; dan menghukum kesalahannya, di dalam kasus ini atau kasus yang lainnya).
(Anak laki-laki Bilson: betul-betul penemuan seorang (yang sudah meninggal) yang terkenal dengan tukang tipu pendeta Romish dalam mantranya, atau pengusiran setan dari badan seorang anak bernama, Willian Perry, anak-laki-laki Thomas Perry Bilson di negara Safford, Yeoman. Dalam kejadian ini dibolehkan sedikit diskusi tentang teologi dengan hati-hati untuk memudahkan melihat roh Romish; dan menghukum kesalahannya, di dalam kasus ini atau kasus yang lainnya).
Ejaan ini mungkin bisa
ditertawakan dengan ukuran ejaan sekarang, tetapi sebenarnya sesuai dengan
standar ejaan Inggris pada abad 17 M..
Dalam beberapa bahasa,
karakter tertentu memiliki dua fungsi; dalam bahasa Latin,2 huruf i
dan u kedua-duanya berfungsi sebagai vokal dan konsonan, dengan fungsi
konsonan i berbunyi seperti y dalam kata yes. Dalam beberapa teks
konsonan i ditulis dengan j. Dalam Latin juga, huruf b jika diikuti
dengan s maka berbunyi p (contohnya abstuli = apstuli), dan itu juga sama
dengan b dalam bahasa Inggris.3 Menarik
sekali, huruf j hanya muncul barubaru saja (pada abad 16 atau 17
Masehi) lama setelah media masa cetak ditemukan.4 Dalam
bahasa Jerman, kita dapatkan vokal yang diubah menjadi tanda.yang ada titik di
atas (umlaut) contohnya a, o, u, yang asalriya dieja masing-masing ae, oe,
ue,5 Huruf
b bisa berbunyi b dalam kata ball (ketika permulaan) atau berbunyi p
dalam kata tap (ketika diakhir huruf atau suku kata), sedangkan d bisa
berbunyi d atau t. Huruf g bisa berubah-ubah menjadi enam bunyi yang
berbeda menurut dialek lokal.
Fenomena yang sama
terjadi dalam bahasa Arab. Beberapa suku menyebut kata
(hatta) dengan
('atta), dan
(sirat) dengan
(sirat), dan sebagainya, dan hal ini
disebabkan oleh banyak perbedaan dalam bacaan yang terkenal. Sama juga huruf
mempunyai dua fungsi sebagai konsonan dan
vokal, sebagai mana dalam bahasa Latin. Masalahnya adalah bagaimana penulis dan
penyalin Arab dulu (kuno) menggunakan tiga huruf ini memerlukan perhatian yang
khusus. Metode mereka, walaupun kelihatan rada memusingkan bagi kita saat ini,
namun cukup jelas bagi mereka. Dari pendahuluan singkat ini, sekarang kita
hendak selidiki sistem ortografi (ejaan Arab) pada zaman awal Islam.





1. Gaya
Tulisan pada Zaman Nabi Muhammad %%%
Di Madinah Nabi
Muhammad
mempunyai penulis yang banyak berasal dari
beberapa suku dan tempat, yang sudah terbiasa dengan dialek dan ejaan yang
berbeda-beda menurut adat masing-masing. Contohnya, Yahya berkata bahwa dia
melihat surat yang dibacakan oleh Nabi Muhammad saw kepada Khalid bin Sa'id bin
al-'As yang memuat beberapa kejanggalan:.
(kana) ditulis
(kawana), dan
(hatta) dieja
6
Dokumentasi yang lain, yang diserahkan Nabi saw. kepada Razin bin Anas
as-Sulami, juga dieja
dengan
7 Menggunakan dua y (
) yang sudah lama berbeda dengan satu
y, didapatkan dalam kata 8
dan
(sudah jelas tidak menggunakan titik)
pada surat-surat Nabi saw.9 Satu
dokumentasi abad 3 hijrah menggambarkan beberapa surat dalam banyak cara.10Banyak
sekali bukti-bukti mengenai perbedaan dalam gaya tulisan pada zaman permulaan
Islam.










2. Kajian
tentang Ortografi (EJaan ) Mushaf 'Uthmani
Telah banyak buku yang
menyinggung tentang ejaan yang janggal dalam Mushaf ‘Uthmani, dengan lebih
detail lagi khususnya dalam menganalisis contoh-contoh ejaan yang menyeleweng.
Di antara beberapa bab dalam alMuqni `, contohnya di bawah judul
(heading), "Examination of Mushaf spellings where (vowels are) dropped or
listed (Meneliti ejaan Mushaf Yang Vokalnya Dibuang Atau Disebutkan). (Sub
judul): Examination of words where alif( I ) is dropped for abbreviation
(Meneliti kata-kata yang ada alifnya dibuang untuk tujuan singkatan)."
Ad-Dani mengutip Nafi bin Abi Nu'aim (70167 Hijrah), pengarang asli, kemudian
membuat daftar ayat-ayat yang di dalamnya ada alifyang dibaca tapi tidak
ditulis:
Surah: ayat
|
Ejaan yang
digunakan dalam
Mushaf
'Uthman
|
Bacaan yang
sebenarnya
|
2:9
|
![]() |
![]() |
2:51
|
![]() |
![]() |
20:80
|
![]() |
![]() |
Saya pilih hanya tiga
contoh ini saja, jika tidak demikian, dalam bukunya dapat menghabiskan lebih
dari dua puluh halaman. Lebih dari itu, alif dalam Mushaf ‘Uthmani semuanya
tidak terdapat pada kata
dan
(semuanya 190 tempat), kecuali dalam ayat
41:21 di mana ejaannya adalah
.11 Membaca
Mushaf mana saja yang diterbitkan oleh Kompleks Percetakan Raja Fahd di
Madinah, saya telah memeriksa satu contoh ejaan yang janggal, dan sementara
ini, dalam penelitian saya, saya tidak mendapatkan ejaan yang bertentangan
dengan hasil tabulasi Nafi'.12 Dua
vokal lagi yang bersamaan dengan huruf hamza (
) juga menggambarkan kecenderungan perubahan
yang dinamis yang tidak hanya terdapat pada Mushaf ‘Uthmani. Beberapa sahabat
yang menulis naskah milik pribadi banyak yang memasukkan ejaan janggal yang
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan wilayah dalam masalah ejaan. Di sini ada
dua contoh;




‘Abdul-Fattah
ash-Shalabi menemukan manuskrip AI-Qur'an klasik (tua) yang penulisnya
menggunakan dua ejaan yang berbeda pada kata
(contohnya
dan
) di halaman yang sama.13



Dalam koleksi
perpustakaan Raza, Rampur, India, ada sebuah Mushaf yang ditulis dalam skrip
Kufi yang dinisbatkan kepunyaan 'All bin Abi Talib,. Kata
juga ditulis dengan
, dan
ditulis dengan
Untuk lebih jelas, saya perlihatkan contoh
seperti di bawah ini.14




Gambar 10.1: sebuah Mushaf yang ditulis dalam skrip Kufi yang dinisbatkan kepunyaan 'All bin Abu Talib,. Kata ![]() ![]() ![]() ![]() |
Malik bin Dinar
melaporkan bahwa ‘Ikrima membaca ayat 17:107 dengan fas'al (
), walaupun tertulis fsl (
) Malik menenangkan akan hal ini dengan
menyatakan bahwa itu sama dengan bacaan qal (
) ketika kata itu ditulis ql (
)15 yang
merupakan kependekan umum di Mushaf Hejazi.16 Dengan
adanya bacaan yang berdasarkan tradisi belajar secara lisan, adanya kekurangan
seperti ini tidak akan menyebabkan kerusakan teks Kitab Suci. Kalau seorang
guru membaca
(baca dengan qalu, alif di
akhir tidak disebutkan karena ada peraturan grammar tertentu) dan murid itu
menuliskannya
(mengikuti standard dia sendiri) tetapi
membacakannya dengan betul seperti
, lalu ejaan vokal yang janggal tidak
mengandung pengaruh yang negatif. Ibn Abi Dawud meriwayatkan kejadian di bawah
ini,







Seperti halnya
perubahan tidak menyebabkan kehancuran teks melainkan justru menekankan
beberapa huruf hidup (vowels) yang telah ditiadakan atau dibuang untuk
penggunaan singkatan, al-Farsi meninggalkan persahabatan alHajjaj tanpa kesan
negatif. Kembali merujuk kepada AI-Qur'an, kita menemukan bahwa kata-katal
tercatat sebanyak 331 kali,
sedangkan
sebanyak 267 kali; jumlah seluruhnya
ada 598 kata. Mengingat bahwa 'Ubaidullah menambah ekstra dua alif di setiap
ini maka mencapai sekitar 1,200 huruf ekstra. Jumlah dua ribu (sebagaimana
disebutkan dalam riwayat itu) kemungkinan besar hanya kira-kira saja.


Riwayat Ibn Abi Dawud
mengalami kekurangan dan isnadnya pun lemah18 menyebabkan banyak ilmuwan yang menolak. Tetapi jika
ternyata ini juga betul, apa yang menjadikan `Ubaidullah salah dalam membuat
naskah pribadi tak ada tujuan lain kecuali hendak menjadikannya sesuai dengan
kaidah ejaan yang berlaku, lain tidak. Contoh lainnya, kita akan mengalihkan
perhatian pada mushaf salinan Ibn al-Bawwab yang dibuat pada tahun 391 Hijrah
/ 1000 Masehi, yang saya telah bandingkan dengan mushaf cetakan Madinah pada
tahun 1407 Hijrah/ 1987 Masehi.
" Yazid al-Farsi
berkata, "'Abaidullah bin Ziyad menambahkan dua ribu huruf (
) dalam Mushaf Ketika al-Hajjaj bin
Yusuf datang dari Basra dan diberi tahu tentang ini, dia meminta siapa orangnya
yang memberitahukan tentang perubahan yang dibuat `Ubaidullah. Mereka menjawab
Yazid al-Farsi. Oleh karena itu, al-Hajjaj memanggil saya; Lalu saya pergi
menemuinya dan saya tidak ragu bahwa dia akan membunuhku. Dia menanyakan
mengapa 'Ubaidullah minta untuk menambah dua ribu huruf ini. Saya menjawab:
Mudah-mudahan Allah memelihara anda ke jalan yang lurus; dia telah dibesarkan
di Masyarakat tingkat bawah Basra (contohnya jauh dari lingkungan terpelajar,
di suatu daerah di mana orang tidak merasakan citra kesusastraan dan
keindahan). Ini yang saya sayangkan, karena al-Hajjaj berkata bahwa saya
berbata benar dan silakan tinggalkan saya. Apa yang diinginkan oleh ‘Ubaidullah
adalah hanyalah ingin meletakkan dasar ukuran ejaan dalam Mushafnya, menulis
kembali kata-kata (
) menjadi (
) dan (
) menjadi (
)





Imam Malik telah
ditanya tentang huruf hidup (vowels) tertentu yang tidak dibaca di dalam
Mushaf: dia tidak mau menghilangkannya. Abu `Amr (ad-Dani) memberi komentar
bahwa ini merujuk pada tambahan huruf hidup yang tidak dibaca; waw dan alif,
seperti waw dalam
, alif dalam ...
, dan juga ya' dalam ...
." Ini menunjukkan bahwa imam Malik
menentang untuk mengubah ejaan Mushaf secara resmi; sedangkan penulis Al-Qur'an
pada zaman itu telah memilih memasukkan kaidah ejaan yang berbeda dalam naskah
pribadi mereka, dalam pikirannya, ejaan ketentuan ini tidak pernah diterima
sebelunmya atau menyetujui ortografi Mushaf ‘Uthmani.



Di awal Surah
al-Baqarah saja ada empat contoh ini. Kebiasaan sebagian besar Mushaf yang
dicetak sekarang mengikuti sistem ejaan Mushaf 'Uthmani; kata
(Malik) contohnya ditulis
(malik) mengikuti ejaan (ortografi)
‘Uthmani, walaupun alif kecil diletakkan pada mim untuk menjelaskan penyebutan
bagi pembaca zaman sekarang. Sama juga dengan beberapa ayat yang masih
mengeja
dengan
20 menunjukkan
bahwa kependekan ini adalah berlaku pada zaman `Uthman dan dia juga mengizinkan
untuk memasukkan kedua-duanya.




Penerbit modern,
dengan mendasarkan naskahnya kepada ortografi Mushaf ‘Uthmani yang resmi, telah
menyediakan rujukan yang banyak tentang ketentuan ejaan yang berlaku pada zaman
awal Islam (abad pertama hijrah). Ini sesungguhnya adalah merupakan pilihan terbaik
bagi semua penerbit, di mana mereka memberikan manfaat untuk media masa cetak
dan merupakan sifat pendidikan modern yang telah diberi ukuran serupa.
Bagaimanapun keinginan untuk menyimpang dari ejaan Mushaf ‘Uthmani bukan hal
baru lagi. Imam Malik (w. 179 H.) telah dihukum dua belas abad yang lalu karena
fatwanya (
) tentang apakah seseorang boleh
menulis Mushaf dengan menggunakan kaidah ejaan (yang digunakan akhir-akhir
ini); dia menolak pendapat itu, dan hanya menyetujuinya untuk anak sekolah
saja. Di tempat lain juga ad-Dani (w. 444 H.) menyatakan bahwa semua ilmuwan
dari sejak zaman Malik sampai zamannya sepakat dengan keyakinan yang sama.

No comments:
Post a Comment
ini komentar