BAB 10 : TULISAN
& EJAAN BAHASA ARAB DALAM AL-QUR'AN
4. Sumber Kerangka dan
Sistem Tanda Titik Diakritikal
Pendeta Yusuf
Sa`id, sebagaimana disebutkan oleh al-Munaggid sebagai seorang ahli dalam sejarah
alfabet, sistem titik dan tanda diakritikal, menyatakan bahwa Syriak
kemungkinan yang pertama kali mengembangkan sistem tanda titik. Ini merujuk
kepada kerangka tanda titik, seperti dapat dilihat dalam karakter seperti:
,
,
. Pengakuannya tidak sampai pada tanda
diakritikal. Tetapi Dr. ‘Izzat Hassan (peny.) dalam pembukaan a!-Muhkam fi
Naqtil Masahif, mengambil langkah ekstra dan menyifatkan sistem diaktrikal
sebagai pengaruh Syriak: Karena Syriak lebih maju dalam skim tanda titik dan
grammar, maka Bahasa Arab meminjamnya dengan bebas.45 Dari
argumentasi ini dia mengutip pendapat Orientalis Itali Guidi, Archbishop Yusuf
Dawud, lsra'il Wilfinson, dan 'All ‘Abdul-Wahid al-Wafi-yang mengulangi analis
sebelumnya. DR. Ibrahim Jum'ah telah mengekspresikan pendapat yang sama
tentang Bahasa Arab meminjam sistem diakritikal dari bahasa Syriak, dengan
mengutip pendapat Wilfinson.46 Ini
merupakan kesimpulan dari beberapa orientalis yang lain, termasuk Rev. Mingana
yang (tidak pernah sopan dalam kata-katanya) menyatakan,



The first discoverer
of the Arabic vowels is unknown to history. The opinion of Arab authors, on this
point, are too worthless to be quoted47
(Penemu pertama huruf hidup Bahasa Arab tidak dikenal oleh sejarah. Pendapat pengarang Arab, dalam hal ini, tidak ada nilainya untuk dikutip).
(Penemu pertama huruf hidup Bahasa Arab tidak dikenal oleh sejarah. Pendapat pengarang Arab, dalam hal ini, tidak ada nilainya untuk dikutip).
Dengan memberi
penegasan bahwa Monastri (biara), Sekolah dan Universitas Syriak telah
membangun sebuah sistem di antara 450-700 Masehi, dia berkata,
"Dasar-dasar huruf hidup bahasa Arab adalah berdasarkan pada huruf hidup
Aramaik. Nama yang diberikan pada huruf hidup ini merupakan bukti yang tak
terbantah dari ketelitian pernyataannya: seperti Phath dan Phataha."48
Menurutnya, Orang Arab tidak menjelaskan sistem ini sehingga pada akhir
pertengahan bada ke delapan masehi,49 melalui
pengaruh sekolah Baghdadi, yang di bawah arahan para ilmuwan Nestorian di mana
Hunain yang cemerlang itu telah menulis karyanya tentang grammar Syriak.50
Dalam alphabet Syriak,
hanya dua karakter yang mempunyai tanda titik: Dolath (dal) dan Rish (ra).
Kemudian membandingkannya dengan alphabet Arab yang semuanya ada lima belas
karakter yang bertitik: ,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
, dan
. Bayangkan bagaimana bahasa Arab meminjam
titik bermacam-macam dari Syriak. Oleh karena itu, pernyataan ini menjadi susah
untuk dipercaya; lebih dari itu, kita sudah memiliki bukti penggunaan tanda
titik sebelum Islam, semenjak awal abad ketujuh masehi dan mungkin lebih awal
lagi sejak abad ketiga Masehi.51















Sekarang marilah kita
teruskan dengan tanda diakritikal Syriak yang ada dua set. Menurut Yusuf Dawud
Iqlaimis, Biskop Damaskus,
Ini jelas yakin tanpa
diragukan bahwa pada zaman Yakub dari Raha, yang meninggal di awal abad
kedelapan masehi, di sana tidak ada metode tanda diakritikal dalam bahasa
Syriak, tidak dalam huruf hidup bahasa Yunani maupun system tanda titiknya.52
Menurut Davidson
walaupun,53 Yakob
Raha (w. 708 M.) menemukan tanda set pertama pada abad ketujuh, sedangkan
Theophilus meremukan set kedua (huruf hidup Bahasa Yunani) pada abad ke
delapan. Perlu diingat bahwa akhir abad ke tujuh masehi itu sama dengan tahun
81 hijrah, dan akhir abad ke delapan masehi sama dengan tahun 184 hijrah,
sedangkan persoalannya sekarang: siapa meminjamkan kepada siapa? Menurut apa
yang diungkapkan Davidson bahwa keputusan mungkin sebaliknya, maka marilah kita
cari jawabannya dengan meneliti skrip. Gambar di bawah ini menggambarkan
beberapa huruf hidup (vowels) Bahasa Syriak.54
Gambar 10.10: Contoh
Vokal Syriak.
Tanda yang dipakai
oleh Yakob Raha menunjukkan tanda-tanda yang mirip sistem diakritikal
AI-Qur'an. Sekarang perlu diingat bahwa yang menemukan sistem diakritikal
bahasa Arab adalah Abu al-Aswad Du'ali, yang meninggal pada tahun 69 hijrah
(688 M.). Di mana ia memberi tanda titik pada semua Mushaf di zaman
pemerintahan Mu'awiyah tahun 50 H./670 M.. Maka dengan seketika masalah siapa
yang sebenarnya meminjam, persoalannya jadi semakin jelas. Selama enam ratus
hahun orang Syriak menulis Kitab Injil mereka tanpa tanda diakritikal, walaupun
mereka menyombongkan din telah mendirikan sebuah universitas di Nisibis,
beberapa kampus, dan monastri (biara) yang beroperasi sejak tahun 450 Masehi.
Tetapi tanda diakritikal dibuat hanya pada akhir abad ke tujuh dan awal abad
delapan Masehi, sedangkan ad Du'ali memberi tanda titik pada Mushaf telah
selesai pada tiga seperempat abad ke tujuh masehi. Logika secara jelas akan
menyebut bahwa Yakob adalah seorang pengkopi sistem yang dikembangkan oleh umat
Islam. Kesimpulan ini bisa diterima, jika kita mau menerima pengakuan Davidson;
jika kita mengambil fatwa yang diberikan oleh Biskop Damaskus, maka kita tidak
memerlukan argumentasi ini.
Ada yang menyangkut
tuduhan yang dinyatakan oleh Rev. Mingana
Ada yang menyangkut
tuduhan yang dinyatakan oleh Rev. Mingana bahwa orang Arab gagal dalam
menjelaskan sistem ini sehingga akhir pertengahan abad ke delapan masehi, kita
perlu pertimbangkan masalah berikut:
Ada satu laporan bahwa
Ibn Shirin (w. 110 H./728 M.) mempunyai Mushaf asli yang diberi tanda titik
oleh Yasya bin Ya'mar (w. 90 H. / 708M.).55
Khalid al-Hadhdha'
sudah terbiasa mengikuti bacaan Ibn Shirin dari Mushaf yang sudah diberi tanda
titik.56
Kedua-dua kejadian
ternyata lebih awal dari skema peminjaman yang disarankan.
Grammar Bahasa Syriak
menemukan identitasnya melalui usaha Hunain bin Ishaq (194-260 H./810-873 M.);57 bertentangan
dengan keyakinan Mingana, karangan Hunain tentang Bahasa Syriak tidak memengaruhi
grammar bahasa Arab karena Sebawaih (w. 180 H./796 M.),58 tokoh
besar grammar bahasa Arab, meninggal dunia sebelum Hunain lahir. Hunain sendiri
adalah sebenarnya hasil dari peradaban Islam. Dia belajar bahasa Arab di Basra,
dari seorang murid dari mahasiswa terkenal yang pernah belajar dengan tokoh
leksikografi Muslim kenamaan, Khalil bin Ahmad al-Fraheedi (100-170 H. /718 -
786 M.).59
5. Ortografi dan
Palaeografi tak Menentu seperti terlihat dalam Skrip Kuno selain Al-Qur'an
Kita telah diskusikan
sebelum ini, bagaimana dua skema diakritikal yang berlainan sama-sama dipakai
dalam Al-Qur'an dan buku-buku yang lain. Kita juga telah mencatat bahwa
perbedaan dalam skrip AI-Qur'an dan lainnya serta fatwa ilmuwan yang menentang
pembaruan kaidah ejaan dalam Mushaf ‘Uthmani. Tetapi bagaimana dengan buku-buku
lain, bagaimana mereka secara bertahap merespons untuk mengubah palaeografi dan
ortografi skrip bahasa Arab?
Gambar10.11: Sebuah
contoh skrip selain Al-Qur'an tahun 227H.. Sumber: R. G. Khaury, Wahb bin
Munabbih, Papan gam6ar PB 9. Dicetak dengan izin penerbit.
Gambar 10.11 adalah contoh setengah halaman dari Madhazi Wahb bin
Munabbih, Sebuah manuskrip abad 227 H., Khoury menyediakan daftar ejaan yang
janggal yang dia temukan dalam teks ini.60 Satu
contoh saya tuliskan kembali di bawah ini.
Di antara yang nyleneh
tapi dan menarik adalah kata
dieja dengan
(seperti tidak ada
), dan
dieja
tanpa tanda titik.





Gambar 10.12 adalah
contoh sebagian dari Gharib al-Hadith Abu ‘Ubaid yang tersimpan di Perpustakaan
Universitas Leiden. Manuskrip ini tampak banyak amburadul dalam sistem kerangka
tanda titik.61 Huruf qaf
(
): tidak ada tanda titik (anak panah merah :
baris 1,2, dan 4); ada satu titik di bawah (anak panah hijau: baris 3 dan 4);
dengan dua titik tanda di atas karakter (anak panah biru: baris terakhir). Ya
(
) yang terpencil;62 tidak
ada titik: tidak ada titik (anak panah sedikit biru : baris 3); seperti
sebelumnya tetapi dalam bentuk berbeda (anak panah ungu: baris terakhir);
dengan dua titik di bawah (anak panah kuning: baris 8).


Gambar 10. 12: Sebuah
contoh skrip selain Al-Qur'an, tahun 252 Hijrah. Sumber: Perpustakaan
Universitas Leiden, Manuskrip no. Or. 298. f. 239b. Dicetak ulang dengan izin
mereka.
Poin yang menarik
adalah semua yang amburadul terdapat pada satu halaman. Sudah pasti ini
dibuat oleh satu orang penulis, tetapi keputusan menulis huruf-huruf dalam
ragam gaya menunjukkan bahwa semua tanda samasama dianggap sah (bisa
digunakan), dan menguatkan apa yang kita telah singgung sebelum ini tentang
beberapa bentuk dibolehkan untuk tiga huruf hidup,
,
,
Ketidak teraturan itu muncul sesuai
dengan pertimbangan kita. Jika kedua gaya itu dapat dipakai dalam waktu yang
sama, maka rasanya pada tempatnya kita kurang untuk menuduh penulis sebagai
orang yang tidak konsisten. Apa pun alasan kita untuk membantah
palaeografi yang bebas di zaman itu, sesungguhnya tidak dirasa penting.
Metodologi Islam menekankan bahwa setiap murid harus belajar langsung dari
seorang guru dan tidak pernah dibolehkan mempelajari teks apa pun dengan cara
pribadi; selagi tradisi belajar secara lisan masih berlaku dan guru masih mampu
menguraikannya tulisan tangan yang tidak menentu, cara seperti ini tidak akan
jadi penyebab lahirnya kerusakan.



Ratusan referensi
berkualitas tinggi telah ditulis guna membedah skema ejaan dan tanda titik yang
digunakan dalam Mushaf, clan untuk bacan lebih lanjut saya sarankan agar
melihat: (1) Kitab an-Naqt yang ditulis oleh Abu `Amr ad-Dani (371-444
Hijrah), diterbitkan oleh Universitas al-Azhar, Kairo; dan (2) A1-Muhkam fi
Naqt al-Masahifditulis oleh ad-Dani, disunting oleh DR. ‘Izzat Hassan,
Damaskus, 1379 (1960).
Pembaca yang berminat
dalam masalah ini harap baca bagian pendahuluan al-Badi` fi Rasm Masahif
`Uthmani (hlm. 43-45), disunting oleh alFunaisan, la menyebut ada 80 buku
dalam topik ini. Tujuan utama dari karyakarya tersebut adalah hendak mendidik
pembaca tentang kaidah-kaidah Mushaf Uthmani, dan bukan untuk menunjukkan bahwa
itu sebagai sesuatu yang salah serta bernuansa ala kampung. Kita telah lihat
perbedaan antara bahasa Inggris yang ditulis pada abad ketujuh belas dengan
yang ditulis zaman modern, dan jika kita lihat semua perubahan ini merupakan
satu proses perkembangan (daripada saling menuding satu atau yang lainnya
terbelakang) dan tentunya, sikap itulah yang harus kita sodorkan terhadap
bahasa Arab.
6. Kesimpulan
Kedua kerangka tanda
titik (yang sudah dikenal oleh orang Arab sebelum Islam) clan tanda diakritikal
(yang dibuat oleh Muslim) tidak terdapat pada usaha `Uthman dalam mengumpulkan
Al-Qur'an secara terpisah. Dengan tidak adanya tanda titik dan konsonan ini,
uniknya, Mushaf telah selamat dari pemalsuan yang dibuat oleh seseorang yang
mempelajari Al-Qur'an melalui lisan dan mempelajarinya secara pribadi. Orang
seperti ini dengan mudah dapat diketahui, jika saat ia ingin coba-coba
membacanya di depan orang banyak. Dengan keengganannya dalam memasukkan
bahan-bahan yang tak ada hubungannya ke dalam Mushaf, ‘Uthman tidak berdiri
sendirian melainkan Ibn Mas'ud juga sependapat dengannya. Di kemudian hari
Ibrahim an-Nakha'i (w. 96 Hijrah), ketika seseorang mencatat sebuah Mushaf
dengan tambahan judul (heading) seperti "permulaan Surah ini dan
itu", tidak menyukainya dan menyuruhnya agar dihapus.63 Yahya
bin Abi Kathir (w. 132 Hijrah) mencatatkan,
Titik adalah yang
paling pertama dimasukkan oleh Muslim ke dalam Mushaf, sebuah tindakan yang
mereka katakan sebagai lampu terang terhadap batang tubuh teks (seperti
menjelaskannya). Kemudian mereka meletakkan tanda titik pada setiap ujung ayat
untuk memisahkan ayat berikutnya, dan setelah itu, informasi menunjukkan
permulaan dan akhir setiap surah.64
Baru-baru ini saya
jumpai pernyataan kasar tentang ortografi AI-Qur'an, yang mendesak supaya kita
mengikuti susunan bahasa Arab modern dan menghilangkan ketentuan yang dipakai
orang-orang yang menuliskan Mushaf `Uthmani yang dituduh bodoh dan buta huruf
Saya sama sekali tidak setuju. Ini hanya mencerminkan nafsu orang jahil, pada
jiwa orang seperti ini dan kelas kakap macam Ibn Khaldun, bagaimana mungkin
dapat melupakan proses perubahan bahasa tidak bisa dihindari pada setiap waktu.
Apakah mereka percaya bahwa setelah beberapa abad nanti, orang-orang lain tidak
akan melontarkan kecaman bahwa karya mereka juga adalah usaha yang dilakukan
oleh orang-orang jahil buta huruf? Sebuah buku yang menentang perubahan selama
empat belas abad adalah bukti nyata bahwa isi kandungan teks adalah milik
Allah, dan Dia sendiri yang memeliharanya. Keaslian yang terpelihara yang
secara jeli dijaga dari noda sejak dulu dipelihara tanpa cacar sejak
kehadirannya tidak akan disengsarakan melalui penyesuaian perubahan seperti
terjadi pada Kitab Injil.
No comments:
Post a Comment
ini komentar