Tafsir, Keutamaan dan
Macam-macamnya (1/2)
Ingin tahu tafsir Al-Qur'an?
Sebarapa penting ilmu ini dan keutamaan-keutamaannya? Artikel berikut akan
membahas pengantar dari macam-macam ilmu Tafsir Al-Qur'an.
Sesungguhnya hal yang paling
berhak diperhatikan ilmunya dan dicapai puncak ma'rifatnya, adalah ilmu yang
diridhoi Alah dan yang menunjukkan jalan yang benar kepada pemiliknya. Yang itu
semua terdapat dalam Kitabullah, yang tidak ada keraguan sedikitpun di
dalamnya. Turun dari-Nya tanpa kebimbangan di dalamnya.
Setiap pembacanya akan
menemukan gudang yang berlimpah dan pahala yang agung. Tidak ada kebatilan di
hadapan dan di belakangnya. Diturunkan oleh Yang Maha Bijaksana dan Maha
Terpuji.
Dialah Al-Qur'an yang
merupakan tali Allah yang kokoh, peringatan yang penuh hikmah, halan yang
lurus, tidak diselewengkan oleh hawa nafsu, tidak tercampur lisan-lisan
manusia, tak usang walau diulang-ulang, tidak habis keajaibannya, tidak
puas-puasnya para ulama mengambil kandungannya.
Barangsiapa yang berucap
dengannya akan benar, barangsiapa yang mengamalkannya dijanjikan dengan pahala,
barangsiapa yang berhukum dengannya akan adil, barangsiapa yang menyeru
kepadanya akan ditunjukkan oleh Allah ke jalan yang lurus, barangisapa yang
meninggalkannya karena kesombongan akan dibinasakan oleh Allah dan barangsiapa
yang mencari petunjuk selainnya akan disesatkan oleh Allah. Allah berfirman,
Maka jika datang kepadamu
petunjuk daripada-Ku lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan
sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang amat sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.
Berkatalah ia, "Ya
Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku
dahulunya adalah orang yang melihat?".
Allah berfirnan,
"Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini, kamupun dilupakan." (QS.
Thoha: 123 - 126) 1
Pentingnya Ilmu Tafsir
Tidaklah Allah menurunkan
Al-Qur'an Al-Karim kepada manusia melainkan agar mereka memahaminya, memikirkan
dan mengamalkannya. Allah Ta'ala berfirman,
Ini adalah sebuah kitab yang
Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
(QS. Shod: 29)
Ibnu Jarir Ath-Thobari
berkata,
Di dalam hasungan Allah
kepada hamba-hamba-Nya agar mereka mengambil ibroh dari ayat-ayat Al-Qur'an
terpadat perintah yang mewajibkan mereka mengetahui tafsir ayat-ayat yang mampu
diketahui oleh manusia. 2
Ibnu Mas'ud berkata,
Sungguh seseorang di antara
kami (sahabat) jika mempelajari sepuluh ayat dari Al-Qur'an tidak akan
melampauinya sampai dia mengetahui maknanya dan mengamalkannya. 3
Dan merupakan hal yang
dimaklumi bahwa yang dimaksud dengan setiap perkataan adalah pemahaman
makna-maknanya, bukan sekedar lafadznya. Maka Al-Qur'an lebih berhak untuk
dipahami daripada semua perkataan. 4
Sa'id bin Jubair berkata,
Barangsiapa membaca Al-Qur'an
kemudian tidak tahu tafsirnya, maka seakan-akan dia seperti orang buta atau
orang badui (Arab gunung). 5
Dan Allah telah mencela ahli
kitab karena mereka berpaling dari kitabullah yang diturunkan kepada mereka.
Mereka sibuk mengurusi dunia dan mengumpulkannya. Maka wajib bagi kita kaum
muslimin untuk berhenti dari apa yang dicela oleh Allah dan melaksanakan
perintah-Nya untuk mempelajari kitabullah dan memahaminya. Allah berfirnan,
Belumkah datang waktunya bagi
orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada
kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian
berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hadid: 16)
Imam Suyuthi berkata,
"Para ulama telah sepakat bahwa ilmu tafsir termasuk dari fardhu-fardhu
kifayah."6
Dengan ungkapan senada,
Al-Anshori berkata, "Pekerjaan yang paling mulia untuk digeluti manusia
adalah tafsir Al-Qur'an." 7
Tafsir, Keutamaan dan
Macam-macamnya (2/2)
Arif Fathul Ulum bin Ahmad
Saifullah
Setelah pengantar sekilas
mengenai tafsir Al-Qur'an berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai
macam-macam metode dalam ilmu tafsir. Apa saja serta bagaimana hukumnya?
Macam-macam Tafsir
Secara umum tafsir dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu Tafsir bil ma'tsur dan tafsir bir ro'yi. Dibawah
ini kita jelaskan ada dua macam tafsir ini beserta hukumnya:
1. Tafsir bil ma'tsur
Tafsir bil ma'tsur
adalah tafsir yang
berlandaskan naqli 8 yang shahih, dengan cara menafsirkan Al-Qur'an dengan
Al-Qur'an atau dengan sunnah, yang merupakan penjelas kitabullah. Atau dengan
perkataan para sahabat yang merupakan orang-orang yang paling tahu tentang
kitabullah, atau dengan perkataan tabi'in yang belajar tafsir dari para
sahabat.
Cara tafsir bil ma'tsur
adalah dengan memakai atsar-atsar yang menjelaskan tentang makna suatu ayat,
dan tidak membicarakan hal-hal yang tidak ada faedahnya, selama tidak ada
riwayat yang shohih tentang itu. 9
Berkata Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah,
Wajib diketahui bahwa nabi
telah menjelaskan makna-makna Al-Qur'an kepada para sahabat sebagaimana telah
menjelaskan lafadz-lafadznya kepada mereka. Karena firman Allah,
agar kamu menerangkan pada
umat manusia apa yang telah dirurunkan kepada mereka (QS. An-Nahl: 44)
mencakup penjelasan
lafadz-lafadz dan makna. Dan beliau juga berkata, Jika ada orang yang bertanya,
"Apa jalan tafsir yang terbaik?" Maka jawabannya adalah : Yang paling
shahih dari cara menafsirkan Al-Qur'an adalah menafsirkan Al-Qur'an dengan
Al-Qur'an. Apa yang dimaksud mujmal di suatu ayat, dijelaskan di ayat lainnya.
Apa yang diringkas dalam suatu ayat, diperpanjang di tempat yang lain. Kalau
hal ini menyulitkanmu maka wajib bagimu mencarinya dalam sunnah Rasulullah, karena
sunnah adalah pemberi keterangan Al-Qur'an dan penjelas baginya. Allah
berfirman, Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan. (QS. An-Nahl: 44).
Dan karena inilah Rasulullah
bersabda, Ketahuilah aku telah diberi Al-Qur'an dan yang semisalnya (yaitu
As-Sunnah) bersamanya.
Dan jika kita tidak menjumpai
tafsir dalam Al-Qur'an dan sunnah, maka kita merujuk kepada perkataan para
sahabat. Karena mereka lebih tahu tentang tafsir dengan apa-apa yang mereka
persaksikan dari Al-Qur'an dan keadaan-keadaan khusus bagi mereka. Juga apa
yang dimiliki mereka dari pemahaman yang sempurna, ilmu yang shahih dan amal
yang shahih.
Dan jika kita tidak
mendapatkan tafsir dalam Al-Qur'an dan tidak juga dalam As-Sunnah dan tidak
juga dari perkataan para sahabat, maka banyak para imam yang merujuk kepada
perkataan tabi'in seperti Mujahid bin Jabr, Sa'id bin Jubair, Ikrimah, Atho'
bin Abi Robah, Al-Hasan Al-Bashri, Masruq bin Al-Ajda', Sa'in bin Al-Musayyib,
Abul 'Aliyah, Robi' bin Anas, Qotadah, Adh-Dhohak bin Muzaahim dan yang selain
mereka dari tabi'in. 12
Hukum Tafsir bil Ma'tsur.
Tafsir bil ma'tsur adalah
yang wajib diikuti dan diambil. Karena terjaga dari penyelewengan makna
kitabullah. Ibnu Jarir berkata,
Ahli tafsir yang paling tepat
mencapai kebenaran adalah yang paling jelas hujjahnya terhadap sesuatu yang dia
tafsirkan dengan dikembalikan tafsirnya kepada Rasulullah dengan khabar-khabar
yang tsabit dari beliau dan tidak keluar dari perkataan salaf. 13
Berkata Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, Dan kita mengetahui bahwa Al-Qur'an telah dibaca oleh para sahabat,
tabi'in dan orang-rang yang mengikuti mereka. Dan bahwa mereka paling tahu
tentang kebenaran yang dibebankan Allah kepada Rasulullah untuk
menyampaikannya.
2. Tafsir Bir Ro'yi
Tafsir bir Ro'yi
adalah tafsir yang
berlandaskan pemahaman pribadi penafsir, dan istimbatnya dengan akal semata.
Tafsir ini banyak dilakukan
oleh ahli bid'ah yang meyakini pemikiran tertentu kemudian membawa
lafadz-lafadz Al-Qur'an kepada pemikiran mereka tanpa ada pendahulu dari
kalangan sahabat maupun tabi'in. Tidak dinukil dari para imam ataupun pendapat
merek dan tidak pula dari tafsir mereka.
Seperti kelompok Mu'tazilah
yang banyak menulis tafsir berlandaskan pokok-pokok pemikiran mereka yang
sesat, seperti Tafsir Abdurrohman bin Kaisar, Tafsir Abu 'Ali Al-Juba'i, Tafsir
Al-Kabir oleh Abdul Sabban dan Al-Kasysyaf yang ditulis oleh Zamakhsari. 17
Hukum Tafsir Bir Ro'yi
Adapun menafsirkan Al-Qur'an
dengan akal semata, maka hukumnya adalah harom. Sebagaimana firman Allah,
Dan janganlah kamu mengikuti
apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. (QS. Al-Isro': 36)
Rasulullah bersabda,
Barangsiapa yang berkata
tentang Al-Qur'an dengan akalnya semata, maka hendaknya mengambil tempat
duduknya di neraka. Karena inilah, banyak ulama salaf yang merasa berat
menafsirkan suatu ayat Al-Qur'an tanpa ilmu, sebagaimana dinukil dari Abu Bakar
Ash-Shiddiq bahwa ia berkata, Bumi manakah yang bisa membawaku, dan langit
manakah yang akan menaungiku jika aku mengatakan sesuatu tentang Al-Qur'an yang
aku tidak punya ilmunya? Dari Ibnu Abi Malikah bahwasanya Ibnu Abbas ditanya
tentang suatu ayat yang jika sebagian di antara kalian ditanya tentu akan
berkata tentangnya, maka ia enggan berkata tentangnya. Berkata Ubaidullah bin
Umar, Telah aku jumpai para fuqoha Madinah, dan sesungguhnya mereka menganggap
besar bicara dalam hal tafsir. Di antara mereka adalah Salim bin Abdullah,
Al-Qosim bin Muhammad, Sain bin Musayyib dan Nafi'. 21
Masyruq berkata,
"Hati-hatilah kalian dari tafsir, karena dia adalah riwayat dari
Allah." Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, Secara umum, barangsiapa
yang berpaling dari madzhab sahabat dan tabi'in dan tafsir mereka kepada tafsir
yang menyelisihinya, maka telah berbuat kesalahan, bahkan berbuat bid'ah
(sesuatu hal yang baru yang tidak ada contohnya dari Rasulullah) dalam agama.
No comments:
Post a Comment
ini komentar