Kitab
: “Muwafaqah Sharih al-MMa’qul Li Shahih al-Manqul”
Penulis
: Ibnu taymiyah
Halaman
: 144 – 145
Tarjamah : ” Berkata Imam Syafi’i ra. : Bidah terbagi
menjadi dua, (1) bidah yang menyalahi perkara yang wajib atau sunnah atu ijma
atau atsar sebagian para sahabat maka ini disebut Bid’ah dlolalah. (2) sedangkan
Bid’ah yang bidah yang tidak menyalahi (sesuai) dengan perkara yang wajib
atau sunnah atu ijma atau atsar sebagian para sahabat maka ini disebut
Bid’ah hasanah.
Imam Syafi’i Rahimahullah berkata :
الْمُحْدَثَاتُ مِنَ اْلأُمُوْرِ ضَرْبَانِ :
أَحَدُهُمَا : مَا أُحْدِثَ ِممَّا يُخَالـِفُ كِتَابًا أَوْ سُنَّةً
أَوْ أَثرًا أَوْ إِجْمَاعًا، فهَذِهِ اْلبِدْعَةُ الضَّلاَلـَةُ،
وَالثَّانِيَةُ : مَا أُحْدِثَ مِنَ الْخَيْرِ لاَ خِلاَفَ فِيْهِ
لِوَاحِدٍ مِنْ هذا ، وَهَذِهِ مُحْدَثَةٌ غَيْرُ مَذْمُوْمَةٍ
Perkara-perkara baru itu terbagi menjadi dua macam :Pertama: Perkara baru yang menyalahi al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ atau menyalahi Atsar, perkara baru semacam ini adalah bid’ah yang sesat (Bid’ah Dholalah).
Kedua: Perkara baru yang baru yang baik dan tidak menyalahi satu pun dari al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijma’, maka perkara baru seperti ini tidak tercela (Bid’ah Hasanah).
(Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dengan sanad yang Shahih dalam kitab Manaqib asy-Syafi’i –Jilid 1- Halaman 469).
No comments:
Post a Comment
ini komentar